Ketidakmampuan Bukanlah Pilihan
Jika kau hanya mampu berbicara maka apapun yang ingin kau sampaikan hanya didengar oleh beberapa orang, sekalipun substansi dari apa yang kau sampaikan itu menyangkut kehidupan banyak orang. Akan tetapi ketika kau menulisnya maka tulisanmu akan menginspirasi banyak orang dan lebih menjangkau banyak orang lagi, oleh karena itu aku lebih memilih menulis ketimbang harus berbicara di belakang orang.
Menulis tentang apapun yang engkau bicarakan, seburuk apapun yang engkau bicarakan akan ku tulis dengan indah agar tulisan itu dapat menjadi bagian yang terindah yang pernah kau katakan.Â
Setiap kritik yang sinis yang kau lontarkan akan ku rangka menjadi sebuah paragraf yang memotivasi mu menjadi orang yang lebih baik. Hidup ini bukan hanya tentang mengata-ngatai orang lain, akan tetapi hidup ini lebih kepada refleksi diri akan kemampuan dan kapasitas kita sebagai manusia.
Namun di sisi lain hidup juga merupakan sebuah pilihan dan setiap pilihan yang kau ambil tentulah memiliki konsekuensinya masing-masing. Tidak ada jalan netral dalam hidup, yang ada hanya tawaran-tawaran akan pilihan. Ketika engkau memilih pilihan untuk menjadi seorang yang penuh dengan rasa iri hati maka hidupmu akan menjadi hidup yang terburuk di alam semesta ini. Pilihanmu akan menentukan seberapa besar kemampuan yang kau punya. Ilustrasi sederhanyana seperti penyeduh dan penikmat kopi.
Memilih menjadi seorang pembuat kopi bukanlah pilihan yang buruk karena dengan pilihan itu engkau dapat menyedihkan secangkir kopi yang dapat dinikmati oleh orang lain, dan ketika kau memilih sebagai penikmat kopi, juga bukan hal yang buruk. Karena dengan pilihanmu engkau dapat menikmati kopi dan mengetahui cita rasa kopi yang telah disuguhkan.
Namun berbeda lagi ketika kopi yang kau minum adalah kopi yang kau seduhkan sendiri. Kopi tersebut akan kau nikmati apapun rasanya dan ketika kopi itu terlalu tawar kau akan mengukur kadar gulanya ketika ingin membuat kopi selanjutnya begitupun sebaliknya ketika terlalu manis engkau pun dapat belajar untuk menangkar gula sekadarnya.
Dari kopi kita belajar caranya bagaimana menikmati hidup. Ketika hidupmu hanya diisi dengan ketidakmampuan maka itu pun pilihan, namun ketika hidupmu dijadikan sebagai sebuah pembelajaran maka hidupmu akan menjadi sebuah langkah sukses yang akan dituntun oleh banyak orang.Â
Ketidakmampuan bukanlah kutukan dan juga bukanlah takdir yang telah digariskan Tuhan. Tetapi ketidakmampuan adalah pilihan yang kau ambil dalam hidupmu konsekuensi logisnya adalah ketidakmampuan menciptakan rasa ketidaktahuan, rasa kebencian dan rasa ingin menang sendiri. Ketika terjadi demikian maka hidupmu hanya kau bandingkan dengan orang lain yang lebih di atasmu.
Belajarlah dari ketidakmampuan agar engkau dapat memupuk, mengubah ketidakmampuan menjadi kepastian, dapat mengubah ketidakmampuan menjadi sesuatu yang lebih produktif ketimbang harus memilih menjadi seorang yang hanya bisa bercerita fiktif tentang orang lain.Â
Dengan kenyataan tersebut marilah kita berpikir bagaimana mengubah diri kita, mengubah rasa iri kita menjadi suatu pelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik seraya menentukan pilihan yang positif merupakan hal terbaik yang perlu kita lakukan demi menata hidup yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H