Mohon tunggu...
ibnu batutah
ibnu batutah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa-Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka

"Sebuah perjuangan sejuta rintangan"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunikasi Islami-Menempatkan Komunikasi pada Tempatnya

18 Januari 2023   13:33 Diperbarui: 18 Januari 2023   13:42 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasulullah SAW bersabda: "Man kana yu'minu billahi wal yaumil akhiri fal yaqul khairan au liyasmut". (barang siapa beriman kepada Allah, dan hari akhir, hendaklah ia mengatakan hal-hal yang baik atau diam saja).

Bahkan pepatah juga mengatakan: "Mulutmu harimaumu", makna dari kata tersebut sebagai pengingat bagi manusia. Karena lisan atau ucapan yang tak dijaga dengan baik disaat berkomunikasi akan menjadi perseteruan, percekcokan, fitnah, bahkan akan terjadi konflik diantara komunikan dan komunikator, hal yang buruk tersebut terjadi berawal dari lisan atau ucapan yang tidak bisa dikendalikan.

Dalam kegiatan berkomunikasi menjaga lisan berkaitan dengan pengendalian untuk diri kita terkhususnya untuk mengontrol diri dimana saja dan kapan saja kita berada, itu dia pentingnya kita menerapkan etika komunikasi yang telah diajarkan dalam agama Islam, menempatkan posisi diri kita berada dan kepada siapa lawan bicara kita. Maka dari itu dimana kita saling menghargai satu sama lain disaaat berkomunikasi, bahkan kita hidup dinegri Indonesia ini beragam suku dan agama, oleh karena itu juga harus menghargai dalam etika komunikasi contohnya ketika kita sedang berbicara kepada orang yang usianya lebih tua dari kita, lebih muda dari kita, dan seumuran dari kita juga.

Seperti halnya Rasulullah SAW memposisikan dirinya berada disaat berdakwah dari satu tempat ketempat lainnya, contohnya itu bagaimana Rasullah itu berkomunikasi dengan kaum kafir Quraisy yang beda keyakinan maupun dengan yang beda karakter dan watak. Untuk mensyiarkan agama Islam. Bahkan ada pepatah Islam juga mengatakan: "Likulli maqoolin maqoomun wa likulli maqoomin maqoolun". (setiap perkataan ada tempatnya dan setiap tempat ada perkataannya.)

Mengapa itu harus terjadi karena kembali lagi atas ajaran yang kita pegang terkait dalam etika komunikasi, dimana Islam mengajarkan kepada kita juga dalam hal bertutur kata harus dengan cara baik, bijak, sopan santun dan menjaga lisan. Agar senantiasa ucapan yang keluar dari lisan adalah hal-hal baik dan benar.

Seperti  yang seharusnya kita ketahui disaat berkomunikasi yaitu tidak boleh memotong pembicaraan seseorang, karena ketika orang sedang berbicara kita harus mendengarkan ucapan dia terlebih dahulu jika orang tersebut sudah selesai berbicara, barulah disitu kita masuk apabila ingin berbicara dan juga kita jangan pernah memandang bahkan membeda bedakan siapa orang itu yang sedang berbicara walaupun dia mempunyai kekurangan baik dari segi fisik maupun dari segi jabatan.

Karena pepatah mengatakan: "Undzur ma qoola wala tandzur man qoola". ( lihatlah apa yang dikatakan, dan jangan melihat siapa yang mengatakan. ) Makna yang disimpulkan dari kata tersebut mengajarkan kepada kita agar melihat dan memperhatikan isi atas apa yang dikatan atau disampaikan, bukan melihat siapa yang mengatakan atau menyampaikan.

"Ma'annajah Fii Kulli Umur"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun