Mohon tunggu...
Ibnu Arsib
Ibnu Arsib Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Sarjana Kardus

29 Juli 2022   20:02 Diperbarui: 29 Juli 2022   20:07 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cita-cita atau sesuatu itu dapat kukerjakan tanpa merasa ada beban dan sesuai hobiku. Bagaimana nanti keberhasilannya, itu tidaklah menjadi permasalahan. Setidaknya aku sudah berjuang untuk mencapai apa yang menjadi cita-cita yang datang dari dalam diriku sendiri.

Papa begitu berang mendengar apa yang aku sampaikan. Secara halus aku menolak apa yang diinginkan Papa, sebagaimana yang ia katakan. 

Menanggapi jawabanku, ia terkadang mengeluarkan suara keras yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Wajahnya tentu berubah jadi merah. Mama hanya diam saja, tidak bisa menjadi pengacaraku. Dengan diamnya Mama, itu berarti Mama ikut mendukung apa yang diinginkan Papa.

"Untuk apa kamu jadi penulis? Dapat apa dari menulis? Sampai sekarang satu buku pun belum bisa kamu ciptakan. 

Tulisan-tulisanmu di koran itu hanya cerpen-cerpen. Apa manfaatnya cerpen itu. Apa kata teman-teman Papa nanti, sedangkan anak mereka jadi PNS?" Papa diam sejenak, "untuk apa juga kamu membuka toko buku, buat usaha kafe? Apa kamu kekurangan uang?"

Aku pun menutup telinga tanpa kedua tanganku. Cita-cita Papa bukanlah cita-citaku. Keinginan Papa supaya jadi itu dan jadi ini, supaya terkenal atau mendapatkan perkejaan yang teratas walau dengan jalan pintas seperti menyuap, aku tetap menolaknya.

Karena tidak ada titik temu, akhirnya Papa pun meninggalkanku dalam posisi duduk tertunduk. Mama mengikuti Papa menuju pintu. Mataku sedikit berkaca-kaca walau sebentar. 

Aku tahu mencapai cita-cita pasti melewati ujian atau pun rintangan. Aku yakin sekali dengan suatu perkataan; "Siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan mendapatkannya."

Dalam hati aku menguatkan, "Aku bukan sarjana kardus. Yang belajarnya hanya di kelas, tujuan selembar kertas, gelar untuk popularitas atau status, mencari kerja yang teratas, jika tak dapat maka buat jalan pintas."

Hp yang sedari tadi dalam genggamanku berbunyi lagi. Ada pesan masuk dari WA. Aku tarik layar Hp kebawah melihat chatt dari siapa. Ternyata dari seseorang yang sering memberiku motivasi.

Membaca chatnya, aku pun teringat pada pesan yang masuk di email yang sempat tertunda kubaca. Dengan cepat, "klik", perlahan aku membacanya dalam keadaan kacau. Lebih tepatnya dikacaukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun