Pendidikan Tanpa Pancasila: Generasi Tanpa Jati Diri, Apakah Kita Siap Menghadapinya?
Pendidikan adalah pondasi yang membentuk arah masa depan suatu bangsa. Di Indonesia, pendidikan bukan hanya soal menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga bagaimana mentransformasikan nilai-nilai yang mendalam dalam membentuk identitas kita sebagai bangsa. Salah satu nilai inti yang menjadi dasar negara adalah Pancasila, yang tak hanya sebagai landasan hukum, namun juga sebagai pedoman moral kita. Namun, di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi, kita dihadapkan pada ancaman yang kian nyata: generasi muda yang tumbuh tanpa pemahaman mendalam tentang Pancasila, dengan potensi hilangnya jati diri sebagai bangsa Indonesia. Apakah kita siap menghadapi tantangan besar ini?
Pancasila: Pilar Utama yang Membentuk Karakter Bangsa
Pancasila lebih dari sekadar materi pelajaran di sekolah; ia adalah filosofi hidup yang mengajarkan kita untuk hidup rukun, saling menghargai, dan menjaga persatuan dalam keragaman. Kelima sila Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mengandung nilai-nilai luhur yang harus menjadi bagian dari diri setiap individu.
Namun, sudahkah kita sungguh-sungguh menerapkan Pancasila dalam pendidikan kita? Dalam banyak kasus, nilai-nilai tersebut sering terabaikan dan tidak sepenuhnya diterima. Tanpa pemahaman yang mendalam, bagaimana mungkin generasi muda kita bisa menghayati makna kedamaian, persatuan, dan toleransi yang selama ini menjadi kekuatan bangsa?
Risiko Kehilangan Identitas Tanpa Pancasila
Tanpa pemahaman yang kuat tentang Pancasila, generasi muda berisiko kehilangan jati diri sebagai bangsa. Di tengah arus globalisasi yang mengalir begitu cepat, banyak hal yang bisa mempengaruhi nilai-nilai lokal dan budaya bangsa. Generasi muda yang tidak dilatih untuk memahami Pancasila bisa terjebak dalam identitas yang terpecah belah, terperangkap dalam pandangan dunia yang lebih individualistis dan materialistis. Sebagai contoh, meningkatnya fenomena intoleransi di berbagai lapisan masyarakat Indonesia, yang berakar pada kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila, menunjukkan betapa krusialnya pendidikan karakter berbasis Pancasila.
Menurut Penelitian dari UNINDRA "Pancasila dan Generasi Z dalam Menguatkan Identitas Kebangsaan di Era Digital", kurangnya pemahaman mendalam tentang Pancasila dapat menyebabkan sikap tidak toleran dan rendahnya rasa kebangsaan. Hal ini berdampak negatif pada solidaritas sosial dan persatuan, yang seharusnya menjadi kekuatan utama bangsa Indonesia. JAGADDHITA
Menjawab Tantangan: Menyuntikkan Relevansi Pancasila dalam Pendidikan