Penulis : Muhammad Ibnal Randhi
Universitas atau kampus merupakan sebuah tempat berkelanjutan untuk menempuh pendidikan dari tingkat sekolah menuju tingkat universitas. Namun setiap kampus memiliki ranah tersendiri dalam memberikan tunjangan pendidikan bagi mahasiswanya, terutama kampus dengan background Islam. Perbedaan itu memberikan keunikan tersendiri bagi kampus khususnya bagi Universitas Islam Negeri (UIN) dimana terdapat pengaruh Islam yang begitu trasenden pada setiap program jurusan yang diberikan dan setiap program pasti tersirat makna Islam didalamnya misalkan seperti prodi BKI (Bimbingan Konseling Islam), HKI (Hukum Keluarga Islam), Ekonomi Syari'ah, Ilmu Tadris dan masih banyak lagi program-program studi lainnya.Â
Selain sistem akademisinya, dalam setiap kegiatan juga terselip nuansa keislaman yang membuat atmosfer kampus terasa sejuk, tenang, dan religius. Tentu saja ketika mengarah pada kiblat kampus yang lebih condong keislaman baik struktur bangunan maupun sistem akademisnya, tidak akan luput jikalau moral, etika, dan estetika Islam tidak dipegang teguh oleh seluruh masyarakat kampus terutama oleh mahasiswanya sendiri.
Maknanya setiap fakultas tentu harus memberlakukan aturan atau norma-norma keislaman bagi setiap mahasiswanya untuk memberikan kenyaman serta keamanan saat di dalam maupun di luar kampus. Salah satu contoh ialah aturan tata cara berbusana sesuai syariat Islam dengan tidak menggunakan baju kaos oblong atau sobek, celana pendek, sandal, bertato, rambut di semir untuk laki-laki. Lalu bagi perempuan diwajibkan berbusana muslimah, tidak ketat, tidak transparan, tidak memakai baju di atas pinggul, berhijap hingga menutupi area dada, tidak memakai celana jeans atau kulot.Â
Hal tersebut diberikan untuk menghindari deviasi tindak kekerasan seksual dan bullying yang menjadi faktor penyebab terjadinya kasus bunuh diri dan pelecahan seksual pada mahasiswa. Selain itu pihak kampus juga mengharapkan norma-norma yang diberikan mampu menjadi pedoman bagi semua mahasiswa untuk tetap berperilaku sopan saat berbusana yang tidak hanya pada tataran kampus saja melainkan dalam tataran bermasyarakat juga masih tetap menjalankan norma-norma tersebut.
Tetapi seiring perkembangan zaman yang semakin maju dengan segala updeat infromasi  yang mudah untuk di akses, perlahan membuat pergeseran kultur yang diikuti dengan perubahan sosial, mampu memberikan stimulus yang universal terhadap sikap, perilaku, lifestyle dan cara berpakain mahasiswa. Seperti fenomena yang terjadi saat ini, mahasiswa cenderung ingin terus dipandang kekinian, selalu ingin tampil berbeda seiring perubahan zaman yang dinamis. Dari sinilah transformasi yang begitu signifikan terjadi pada mahasiswa UIN yang memiliki hasrat untuk menjadi penonton dan ditonton dari berbagai bentuk penampilan.Â
Sehingga tidak dapat dipungkiri makin kesini makin membuat norma atau aturan dalam berpakaian sesuai syariat mulai memudar. Tantangan terhadap pilihan berpakaian ini tidak lagi hanya dilandaskan pada apa yang di butuhkan saja, melainkan sebagai ajang penyampaian risalah identitas, gaya hidup dan nilai-nilai yang dimiliki mahasiswa. Tidak hanya itu, pergantian kultur dimana style berpakaian dijadikan sebagai bentuk penyaluran ekspresi diri dan ketenaran mahasiswa baik dalam lingkungan kampus maupun masyarakat umum kontemporer.
Seperti eksistensi beberapa mahasiswa yang mempunyai dua karakteristik dalam berpakaian, contohnya ketika berada dikampus mahasiswa cenderung menggunakan pakaian yang Islami, menggunakan gamis atau pakaian yang tidak menampakkan postur badan, memakai hijab sampai menutupi seperempat bagian tubuhnya. Hingga style pakaian itu membuat ia terlihat anggun dan indah.
Namun berbeda ketika sudah keluar dari lingkungan kampus ia cenderung menggunakan pakaian yang dalam pembuatannya serba kekurangan bahan serta membuat postur anggota tubuh terlihat jelas diakibatkan pakaian yang terlalu ketat. Bukan itu saja, hijab yang tujuannya untuk menutupi daerah vital terutama dada, malah di putar atau di lilitkan ke leher hingga menimbulkan kesan tercekik saat dipandang, kadangkala beberapa mahasiswa juga senonoh tidak menggunakan hijabnya saat berada di luar kampus.Â
Merias seputih mungkin dan memakai lipstik berlebihan agar bibir terlihat bewarna merah merona. Parahnya lagi trend ini dibiarkan begitu saja mempengaruhi dirinya, sehingga jika tidak mengikuti trend ini mahasiswa merasa tidak percaya diri dan merasa tertinggal dari segi fashion yang menyebabkan perilaku fomo mulai timbul pada mahasiswa.
Perubahan style dalam berbusana yang terjadi pada mahasiswa ini menjadi sebuah faktor timbulnya persepsi terhadap instansi pendidikan. Seperti, asumsi masyarakat yang awalnya memandang Universitas Islam terkenal oleh nuansa Islam dan mampu melahirkan kader-kader mahasiswa Islamiyah yang menjadi cerminan untuk universitas umum lainnya. Namun berbanding terbalik saat ini Universitas Islam seakan-akan hanya sebatas tugas makalah yang berbeda namun isinya sama (cuman ganti nama) saja. Tidak ada perbedaan yang mencolok dari segi mahasiswanya.
Oleh sebab itu, meskipun latar belakang kampus ialah Islam namun tidak menutup kemungkinan bahwa tindak kejahatan tidak akan terjadi dalam ekologis kampus tersebut. Seperti maraknya kekerasan seksual antar mahasiswa dan dosen, hamil dengan masih menyandang status mahasiswa yang imbasnya akan mencoreng nama baik kampus. Rusaknya masa depan, serta timbulnya rasa kecewa terhadap orang tua yang sebelumnya telah bangga mengkuliahkan anaknya di Universitas Islam dengan basis negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H