Tahun 2015 aku pernah tinggal dan sempat bekerja di Jakarta. Ngekostnya di dekat Kemayoran dan gawenya di Thamrin Nine.
Kalau dipikir-pikir dekat banget sih jaraknya tapi kalau naik transportasi umum, terutama Bus way sampainya lama sekitar 1,5 jam.
Selama hampir satu bulan tinggal di daerah Kemayoran, setiap pagi aku selalu pergi ke kantor naik Bus way.
Rasa tidak nyaman ketika naik bus way aku rasakan mulai dari harus sesak-sesakan di halte, di bus juga jarang kebagian tempat duduk (hampir gak pernah sih memang), belum lagi harus berangkat pagi supaya gak telat.
Gak pernah kepikiran sebelumnya untuk naik kereta karena sejujurnya aku belum pernah dan belum tahu tentang bagaimana naik angkutan umum ini.
Hingga ada seorang teman yang mengenalkan ku dengan transportasi umum ini. “cepat, murah dan nggak macet”katanya waktu itu.
Disertai rasa penasaran yang cukup banyak, akhirnya aku terima ajakan dia untuk naik kereta dari stasiun Sudirman menuju stasiun Kranji.
Ternyata benar, ongkosnya murah, dan lajunya sangat cepat. Sepertinya aku merasa menjadi manusia paling ndeso yang baru masuk kota.
Maklumlah, anak daerah yang sudah terbiasa jalan kaki kemana-mana. Hahaha. Dan betapa bodohnya aku yang selama satu bulan terakhir itu harus merelakan jalan kaki dari Kemayoran menuju halte terdekat di Gunung sahari, padahal stasiun kemayoran hanya berjarak ± 200 meter dari kost.
Okelah, pengalaman memang guru yang paling berharga, setidaknya jika langsung naik krl, maka gak bakal ngalamin sesak-sesakan di bus way.
Semenjak sore itulah, aku akhirnya menjatuhkan pilihan untuk naik kereta setiap hari dari stasiun Kemayoran menuju stasiun Sudirman, pulang pergi.
Aku menemukan banyak manfaat selama naik kereta baik itu waktu, setidaknya waktu ku lebih sedikit diperjalanan, biaya yang aku keluarkan tidak sebanyak biasanya, waktu lembur kadang-kadang bisa bertambah karena akan ada kereta terakhir dan yang paling penting hampir setiap hari aku kebagian tempat duduk.
Sama seperti mengkonsumsi obat, yang memiliki manfaat dan memiliki efek samping yaitu membuat ngantuk, begitulah layaknya perkereta apian di Negara kita, Indonesia.
Sejumlah manfaat yang bisa aku rasakan selama naik kereta commuter line, masih banyak sisi yang harus diperbaiki oleh PT KAI Rasa kurang nyaman juga sering terjadi di kereta, terutama ketika tiba stasiun Tanah Abang maka penumpang kereta akan seperti ikan teri yang disusun di keranjang ikan. Berdesakan, yang penting sampai tujuan itulah mungkin yang ada dipikiran setiap manusia Jakarta yang selalu diburu waktu. Tidak peduli apakah samping kiri kanannya juga kesakitan terinjak kakinya atau terjepit badannya.
Selain itu, berdasarkan keluhan beberapa orang teman, mereka sering kehilangan barang berharga di kereta baik Hand phone ataupun dompet. Apakah yang melakukan tindakan kriminal itu sesama penumpang kereta atau adakah penumpang yang membuat jaringan pencopetan?
Aku juga tidak tahu. Sehingga karena seringnya kejadian ini menimpa beberapa orang yang aku kenal, mereka terkadang ketakutan menggunakan kereta.
Untuk hal ini, aku mewakili masyarakat Jakarta dan sekitarnya semoga PT Kai, semakin meningkatkan keamanaan di dalam gerbongnya. Buat para penumpang juga memang diharapakan selalu hati-hati.
Hal terakhir yang paling membuat jengkel kalau lagi naik kereta adalah pada saat hujan turun deras. Kemungkinan besar maka kereta tidak akan beroperasi. Setelah mengamati sana-sini, ternyata beberapa stasiun yang dilewati kereta api itu tergenang banjir.
Itu salah PT Kai atau masyarakat yang buang sampah sembarangan? Kita pikir-pikir saja sendiri.
Banjir di Jakarta, itu salah pemerintah atau karena masyarakatnya yang buang sampah sembarangan atau hidup seenaknya di bantaran kali atau seenaknya tinggal di tanah yang jadi hak miliki pemerintah? Itu Juga kita pikir-pikir saja sendiri.
Karena masalah banjir, masalah sampah, masalah lingkungan hidup semua punya peran bukan hanya pemerintah, sebagai warga Negara jangan tahunya hanya salahin pemerintah saja (maaf out of the box. Hahaha.
Pernah suatu malam, aku harus lembur di kantor karena deadline kredit nasabah sudah di ujung jalan, maka terpaksalah malam itu bersama rekan kerja harus lembur.
Dia sih gak masalah, kostnya di daerah Sudirman. Lha, aku? Terpaksa harus numpang kereta terakhir.
Sekitar jam 21.00 wib, belum berapa lama hujan turun deras sekali dan apes waktu itu diumumin oleh petugas kereta agar beralih ke moda transportasi lain karena kereta berikut akan datang sekitar 1 jam an lah dan kemungkinan tidak datang karena cuaca tidak mendukung.
Setelah menunggu hampir 45 menit kereta tidak kunjung datang, akhirnya dengan berat hati mengorder taxi dan dengan rela harus merogoh kocek yang lebih banyak.
Meskipun memiliki kelebihan dan kekurangan, menurut ku kereta api ataupun commuter line masih tetap menjadi transportasi pilihan masyarakat di Jakarta selain cepat, murah dan tidak macet, aku selalu terheran dulu pemerintahan Belanda/ VOC memanfaatkan para tenaga nenek moyang kita untuk membangun rel kereta api yang kuat dan kokoh.
Kereta Api Indonesia, menjadi salah satu saksi sejarah perjuangan mereka. Semoga perkereta apian Indonesia semakin jaya, pelayanannnya ditingkatkan, ongkosnya makin dimurahin.
I Love you, Kereta Api Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H