Mohon tunggu...
Ibnu Rasyid
Ibnu Rasyid Mohon Tunggu... -

Aku Sering Di Panggil Ibe', Tinggal Di Kel.Lalolang, Kec.Tanete Rilau, Kab.Barru. Jika Kalian Memikirkan Tentang Bagaimana Saya, Maka Begitulah Saya :D...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kamis, 20/03/2014

21 Maret 2014   02:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:41 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 20/03/2014

Pagi ini, ku bangun pukul 06:25. ku tak ingin sekolah. ku telpon wali  kelasku dan katanya "Nomor yang anda tuju sedang sibuk cobalah beberapa saat lagi" terus dan terus kuhubingi tapi tetap saja itu balasannya. ku bersiap siap mandi, sebelum ku mandi, ku baca komik online terbaru dulu yang berjudul "666 Satan","Bleach". tapi komik "One Piece " tidak liris. setelah membaca komik ku pergi mandi dan berpakaian. baju putih hitam dengan coretan batik hitam dan celana kain hitam.
Setelah itu ku menunggu angkutan umum, dan terus ke pondok pesantren DDI Takkalasi. ku tak pergi sekolah karna ku mengurus surat pindah sekolah. sesampainya di DDI Takkalasi, ku merasa orang asing karna ku baru lagi menginjakkan kaki kotorku di Pondok Pesantren DDI Takkalasi.

Masuk di daerah halaman pondok, ku disapa dengan santri yang mengenalku, " Hay... Ibnu", "Datang ii  Ibnu". Ku hanya bisa tersenyum, melihat mereka. terus itu ku naik ke lantai dua sekolah Madrasah Aliyah, Pondok Pesantren DDI Takkalasi. Ku bertemu Seorang Santri Yang Bertubuh sedang dan sedikit Gendut (-_-).

Aku : Mukrimin.
Mukrimin : weh... ibnu, tinggi mu sekarang dich, tambah magaretta'ko.
Aku : Tidak jhy sedding... mana pak ami
Mukrimin : masuk mo di kantor ada jhy itu.

Assalamualaikum kataku  ketika masuk kantor.
Pak Ami : Disini Ibnu.

Aku pun di persilahkan duduk.
Seorang wanita muda yang sedikit lelah atau kurang enak badan berkata :

Ibu : Mau apa nak.
Aku : hmmm... Iye, mau urus surat pindah... mau sekolah di pesantren ini.
Ibu : dari : sekolah mana nak
Aku : Man Mangempang Barru.
Ibu : kenapa mau pindah, ada masalahnya ?
Aku : tidak ada jhy  bu'... hanya mau jhy sekolah lagi di pondok.

Ibu itu menelpon seseorang dan ku  tak tahu siapa. yang keluar dari mulut ibu itu. "Ada anakta mau pindah sekolah, Ibnu Rasyid namanya, tidak ada jhy  masalahnya." Ibu itu pun keluar dari kantor sambil bicara di handphone. bebrapa  saat kemudian, ibu itu datang dan berkata " kalau mau pindah nak, kordinasi dulu sama kepala sekolah, jangan cuma pak maskur saja" ku jawab "iye bu' "

bebrapa saat kemudian, selesai sudah surat rekomendasinya. ku keluar dari kantor aliyah, dan bernostalgia bersama teman santri lainnya.
Syahir, Farid Caddi, Fahrul Bace, Mukrimin, Khaidir Kakek, Khairul Anam Daki, Maulana, Hasim Bocor, Thalibo, Niswar Cua, Nasrum Mangngae, Khaidir Didi Dan kenalan baru Amrullah ketua Osisi MA DDI Takkalasi, Masih banyak yang lain lagi.

Masih di MA seorang tak asing lagi datang menghampiri kerumunan kami, Sosok yang sederhana siapa lagi kalau bukan Puang Anto. ku juga menghampirinya ketika ku hampiri ku dicubit di bagian pinggang. dan teman temanku cuma berkata, pembukaan puang -_- . setalah itu ku turan dah dan pergi ke asrama putra, bercerita di depan Istamar, bersama Khairul Anam, khaidir dan lain-lain. mereka semua sudah berubah tapi ada yang tidak berubah dari mereka semua SIFATNYA. masih itu saja sifatnya yang ia bawa.

Setelah Itu ku ke koprasi, berbincang sama Pka Koprasi tentang adekku yang sudah terkena pergaulan dan tentang pondok dan santri santrinya. lalu pergi melihat teman teman ku yang sedang praktek wudhu, malah ku yang disuruh peraktek wudhu, yang di bina puang munir. setiap yang keluar dari mulutnya memberikan kita petunjuk untuk kedepannya.
praktek shalat, dan ku hanya duduk memperhatikan dan mendengar puang dan santri - santri lain yang sedang membahas gerakan shalat.

setalah itu berbincang lagi di mushallah, tentang ku waktu keluar dari pondok, sampai ku kembali ke pondok lagi. cerita sampai taksadar waktu Shalat Dzuhur tiba. dan amrullah dan husni mau pamit pulang kampung. setelah itu, pergi kepondok putra, berisirahat di kamar yang akan ku tempati nanti. dan pergi shalat  dzuhur.

Slahat dzuhur selesai dan ku berbincang dengan seorang guru yang tak asing buatku, sosok yang tinggi, badannya subur dan putih namanya pak muslimin. ku bertanya tentang bagaimana tentang pondok ini, sntrinya, dan perkembangannya membuatku tak merasa bosan sampai - sampai mukrimin menghampiriku unutk meminta kunci kamar. setelah berbincang ku keluar dari mushllah dan berkata "Kalau hilang sandalku ini, Sudah jadi budaya ini di  pondok ". ternyata tidak hilang jhy :D

berjalan menuju ke kamarnya mukrimin, istirahat sejenak, dan pamit mau pulang urus lagi surat pindah ku ke DDI Takkalasi. ketika mau keluar ku sedikit berbincang dengan Ibo, dan ku terus ke Koprasi. ketika mau keluar dari pondok, ada kak ma'ruf memanggil dan sedikit juga berbincang dan ku singgah duduk duduk di depan rumahnya  puang salam, berbincang dengan Sawe, kak Saparuddin, Kak Jusman dan Ibu INNah Datang dengan motor Style Merah hitam. Kak asdra  juga datang memanggil kak jusman keluar pondok untuk Foto Copy dan ku keluar bersama kak Asdar.

Sampai Rumah Dengan Selamat dan Unutk Besoknya Ku Rancang Kegiatanaku Di Pikiran Ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun