Keadaan yang sama berulang lagi pada saat Pilkada DKI dimana  PDIP bersama Polri melakukan maneuver-manuver yang "Luar Biasa" untuk memenangkan Ahok. Â
Bagaimana mungkin terjadi ada kontestan Pilkada yang "diganggu" dengan kasus-kasus hukum tiba-tiba pada saat mereka sedang berkompetisi?
Bagaimana mungkin Ahok yang sudah menjadi Terdakwa dengan ancaman hukuman 5 tahun bisa dilantik kembali menjadi Gubernur oleh Mendagri (demi kepentingan Pilgub DKI)?
Dan lainnya. Begitu banyak hal-hal aneh yang terjadi dalam Pilkada DKI yang tidak perlu diceritakan lagi karena sudah menjadi rahasia umum.
Kondisi-kondisi tersebut diketahui "keanehannya" oleh Jokowi tetapi memang dirinya tidak punya nyali untuk menghentikannya.
PILKADA DKI SUDAH USAI TETAPI " KERUSAKANNYA" MASIH BERDAMPAK
 Pada saat Pilkada DKI lalu telah terjadi perang besar antara  PDIP dan "sekutunya"  melawan FPI  dan "sekutunya".  Tentu yang termasuk "sekutu"  PDIP saat ini adalah Nasdem, Polri dan lainnya. Â
Pilgub DKI sudah usai tetapi perang antara PDIP dan FPI belum selesai.  Habib Rizieq tiba-tiba kena kasus Pornografi yang diduga merupakan rekayasa (berdasarkan pengamatan pakar IT dari ITB).  HRS sudah jadi Tersangka dan menjadi  DPO.
Salah satu "sekutu"  FPI juga kena dampaknya. Hari Tanoe juga tiba-tiba menjadi Tersangka oleh  Kejaksaan Agung (dibaca Nasdem) gara-gara SMS sepele.
Kemudian pakar IT yang menyebut Chat Rizieq sebagai rekayasa tiba-tiba diserang orang di Jalan Tol  dan seterusnya.  Begitu banyak  "hal aneh" kembali terjadi paska Pilgub DKI termasuk tiba-tiba ada label ormas anti Pancasila dan lainnya, kemudian disusul keluarnya Perppu mendadak (tanpa ada factor mendesak) dan lainnya.
Semua itu kembali lagi membuktikan Jokowi tidak mampu berbuat apa-apa bila para penguasa negeri ini melakukan maneuver-manuver yang sesuka hatinya.