Dimana-mana (di seluruh dunia) yang namanya tokoh politik terkenal memang selalu memiliki pendukung setianya sehingga sebenarnya memang wajar kalau Ahok memiliki cukup banyak pendukung.
Lazimnya mereka yang merupakan pendukung salah satu tokoh tertentu biasanya kurang menghargai tokoh lain yang sebenarnya lebih hebat atau lebih berkualitas dari tokoh yang dikagumi mereka. Hal itu disebabkan karena kedekatan emosional antara para pendukung dengan tokohnya yang umumnya kedekatan emosional tersebut datang dari kesamaan nasib, kesamaan ras, kesamaan agama dan lainnya.
Tokoh muslim dikagumi masyarakat muslim, tokoh Kristen dikagumi sesamanya, Tokoh Jawa dikagumi orang Jawa, Tokoh Batak dikagumi orang batak dan seterusnya. Hal itu memang lumrah dan alami.
Untuk Ahok, sebenarnya banyak kawan-kawan saya yang heran dan tidak percaya kalau ada yang menyebut dengan Ahok hebat. Mereka selalu bertanya : Hebatnya Ahok dimana?
Saya sendiri juga sebenarnya sama yaitu tadinya mempertanyakan kehebatan Ahok. Tapi akhirnya harus mengakui bahwa Ahok itu hebat karena memiliki banyak sekali pendukung setianya termasuk barisan konglomerat yang ada di belakangnya dan termasuk juga barisan media mainstream yang sejak tahun 2012 selalu saja mempercantik citra tokoh yang satu ini.
Meskipun tidak sepintar banyak tokoh lain, meskipun selalu tidak konsisten layaknya seorang pemimpin, tetapi ternyata Ahok banyak sekali yang mendukung dan dijadikan harapan besar bagi kalangannya untuk dapat berkiprah di pentas elit nasional.
Peran media memang sangat berpengaruh dan berhasil membentuk Ahok sebagai sosok yang hebat di mata ratusan ribu penggemarnya. Begitu juga dengan dukungan para konglomerat di belakang Ahok yang mampu membuat Ahok seperti kebal terhadap Kasus Hukum (kasus Sumber Waras dan Reklamasi).
Ahok berbeda dengan Jusuf Kalla. Sengaja saya membuat komparasi dengan sosok JK agar lebih mudah membuat kesimpulan terhadap karakter pendukung Ahok atau yang sering disebut sebagai Ahokers.
Berbeda dengan Jokowi yang tidak umum memiliki Jokower atau JK yang tidak umum memiliki JKers, hanya Ahok satu-satunya tokoh di Indonesia yang punya pengikut yang bangga disebut sebagai Ahokers. Ini sebuah fenomena unik karena bila kita ukur dengan tolok ukur manapun, Prestasi Ahok itu hanya biasa-biasa saja.
Pada sosok JK, banyak pendukung setia JK menganggap tanpa JK, Jokowi tidak akan bisa menjadi Presiden RI. Mereka juga memandang JK sebenarnya lebih hebat dari Jokowi. Begitu juga dengan para pendukung Ahok. Di mata mereka Ahok lebih hebat dari Jokowi.
Untuk prestasi Ahok sendiri, bila dibanding dengan Tri Rismaharini, secara pribadi saya menilai kemampuan memimpin Ahok masih separuh dari kemampuan memimpin Tri Rismaharini. Bahkan inovasi bu Risma seperti E-Budgeting dan Taman Kota di copas oleh Ahok. Begitu juga dengan tokoh lainnya bila dibandingkan dengan Ahok, terlebih banyak lagi Jokowi. Ahok masih jauh di bawah rata-rata mereka.
Diatas kertas, berdasarkan track record prestasi, dengan menjadi Bupati Belitung Timur HANYA 6 bulan dan Legislatif hanya selama 2 tahun, tidak ada yang bisa dijadikan sebagai catatan prestasi Ahok. Inkonsistensinya mengejar karier Gubernur di 3 provinsi membuat catatan prestasi kepemimpinannya kurang bagus.
Ahok akhirnya memang mulai “bersinar terang” saat menjadi Wagub DKI mendampingi Jokowi. Efek Jokowi tentunya. Coba bila dibayangkan kalau Ahok bukan mendampingi seorang Jokowi, tentu lain lagi ceritanya.
Praktis sebenarnya yang bisa disebut sebagai prestasi Ahok hanyalah pada saat dirinya menjadi Gubernur DKI dengan durasi Desember 2014 hingga Februari 2017 atau kurang lebih hanya selama 2 tahun efektif. Oktober 2012 hingga November 2014 Gubernur DKI adalah Jokowi, sementara per Februari 2017 DKI dipimpin PLT Sumarsono dan per Mei 2014 DKI dipimpin Wagub/ Gub. Djarot Saepullah.
Pertanyaan besarnya adalah : Inovasi apa atau Prestasi luar biasa apa yang dilakukan Ahok sebagai Gubernur DKI pada masa tepat kepemimpinannya?
Sayangnya tidak banyak dan tidak ada yang spektakuler. Sepeninggal Jokowi, penangangan Banjir dan Macet Jakarta tidak mampu dilakukan Ahok secara lebih baik. Ahok hanya berhasil membangun banyak RPTRA dan membersihkan Kali Ciliwung. Dan itu bukan luar biasa.
Bila menyebut KJP, KJS, E-Budgeting tentu tidak bisa diklaim sebagai Prestasi Ahok. Ada nama Jokowi disitu yang terpaku. Begitu juga dengan Revitalisasi Waduk Pluit, Codetan Ciliwung dan lain-lainnya. Prestasi-prestasi itulah yang akhirnya “mengangkat” Jokowi menjadi Presiden RI.
Kemarin Ahok ulang tahun. Dan kita lihat sendiri di berbagai media social begitu banyak status-status “lebay” para pendukung Ahok. Begitu juga dengan blog-blog komunitas Ahoker dimana begitu banyak tulisan yang memuja-muji Ahok.
Salah satu yang membuat saya menulis artikel ini adalah karena ada beberapa artikel viral yang memuji-muji Ahok. Dari detiknews ada kabar sebuah postingan di media social menjadi viral dimana dalam postingan itu secara lebay diposting bahwa Waduk Pluit yang sekarang merupakan Prestasi Total dari seorang Ahok. Bahkan ada foto-foto satellite yang membandingkan kondisi Waduk Pluit pada tahun 2012 dan kondisinya pada saat ini.
Saya pikir informasi ini cukup menyesatkan karena Prestasi itu bukan buah karya seutuhnya dari Ahok. Itu sebenarnya karya Jokowi yang difinishing oleh Ahok. Jokowi yang punya Ide, Jokowi yang mengerjakannya tetapi berhenti karena harus jadi Presiden. Sementara Ahok yang menyelesaikannya ataupun melakukan finishingnya.
Mengklaim Prestasi Jokowi sebagai Prestasi Ahok ya mungkin bisa disebut sebagai Pelecehan terhadap Jokowi.
Salam Kompasiana.
Sumber tulisan :
https://news.detik.com/berita/d-3544216/viral-foto-perubahan-waduk-pluit-dan-ciliwung-di-ultah-ahok
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H