Menurut informasi yang saya dapat, Ratenggaro sendiri berasal dari kata 'Rate' yang berarti kuburan, dan 'Garo' yang berarti orang Garo. Jadi Ratenggaro adalah...?
Jadi ceritanya pada zaman dahulu kala, terjadilah peperangan antar suku, di mana suku yang sekarang berhasil menghuni desa ini setelah berhasil merebutnya dari orang Garo asli. Suku yang kalah dibunuh dan dikubur di tempat itu juga.
Di desa ini juga terdapat 304 buah kuburan batu. 3 diantaranya memiliki bentuk unik yang terletak di pinggir laut. Selain itu, bentuk pahatan dan ukurannya menyerupai sebuah meja datar berukuran besar yang terlihat sangat kokoh walau dihantam angin kencang dari arah laut.
Di kampung ini juga terdapat kuburan batu leluhur atau raja, dan juga ada kuburan batu untuk warga yang ukurannya lebih kecil.
Masyarakat yang Ramah & Memegang Teguh Tradisi
Masyarakat disana masih memegang tradisi Marapu seperti warga Sumba pada umumnya, yaitu sebuah tradisi memuja nenek moyang atau leluhur.
Upacara kematian di sana juga dilengkapi dengan menyembelih hewan seperti kerbau atau kuda. Mereka percaya bahwa roh nenek moyang ikut serta menghadiri upacara penguburan, sehingga hewan dipersembahkan untuk roh nenek moyang.
Selain itu masyarakat disini juga sangat ramah kepada pendatang baru. Kami menghabiskan hari sambil berbincang-bincang dan bermain bersama anak-anak Sumba sembari menikmati betapa indahnya alam Indonesia ini.
Source: ibadahmimpi.com oleh Redha Andika AhdiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H