Mohon tunggu...
Ianawati shaleha
Ianawati shaleha Mohon Tunggu... Freelancer - Pebisnis herbal dan penulis

Pebisnis herbal HNI HPAI, Penulis buku Antologi cahaya hijrah,

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sandera Novel coronavirus atau 2019-nCoV pada Mahasiswa Indonesia di Wuhan

28 Januari 2020   09:35 Diperbarui: 28 Januari 2020   21:46 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Informasi akhir akhir ini yang cukup menghebohkan dunia tentang mewabahnya sebuah penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus baru yang bernama novel coronavirus atau 2019-nCoV  di kota Wuhan, ibu kota propinsi Hubai, China seolah olah seperti  Zombi yang siap memangsa siapapun yang jadi sasaran berikutnya. 

Wuhan diduga sebagai tempat berasalnya virus mematikan tersebut telah dikarantina, demikian pula sejumlah kota lain di provinsi Hubei.

Pemerintah China sendiri telah memperluas wilayah yang diisolasi hingga ke Beijing, termasuk dengan menutup akses transportasi mulai dari bus, kereta, hingga pesawat dihentikan pengoperasiannya.

Wuhan seperti kota mati setelah pemerintah membatasi pergerakan warga untuk keluar kota, transportasi menjadi lumpuh.  Tak ada yang berani keluar rumah, pemandangan nampak sepi. Sesekali tampak diantara mereka keluar rumah hanya untuk keperluan darurat saja.

Jumlah korban yang kian bertambah semakin membuat ciut nyali untuk melancong ke negeri Tirai bambu tersebut, apalagi setelah tersebar video seorang suster yang bekerja di rumah sakit Wuhan menyatakan jumlah orang yang terinfeksi ratusan kali lebih banyak dibanding angka resmi yang telah diumumkan oleh pemerintah China.

Pada hari Senin (27/1/2020), Komisi Kesehatan Tiongkok atau disingkat NHC menyatakan jumlah korban meninggal akibat wabah novel coronavirus bertambah hingga mencapai 80 orang dan lebih dari 2744 orang telah terinfeksi, 461 orang masuk kategori gawat dan 51 pasien berhasil disembuhkan.

Menurut laporan terbaru pihak berwenang di provinsi Hubei tengah, korban telah mencapai 24 orang meninggal dunia.
Beberapa negara seperti Jepang, Australia, Amerika Serikat (AS), Prancis dan Srilanka telah bersiap siap untuk mengevakuasi warganya dari lokasi endemi tersebut.

Para ahli mengklaim pasar Huanan Wholesale Seafood Market yang terletak di Wuhan merupakan sumber dari wabah virus corona, karena banyak orang yang bekerja dan tinggal di dekat pasar itu. Virus tersebut kemudian menular dari hewan liar yang dijual di pasar tersebut.
Pasar tersebut telah dikenal dengan penjualan hewan eksotisnya.

Di Wuhan cukup populer memiliki pola hidup dan pola makan makanan eksotik seperti kucing, koala hidup, ular, tikus, anak serigala, buaya, anak anjing, salamander, ular raksasa, tikus, burung merak, landak, koala, kelelawar, dll.

Untuk sementara pemerintah China memperlakukan larangan perdagangan hewan liar yang merupakan  langkah mitigasi, hal ini karena diduga virus Corona tersebar melalui daging hewan liar seperti kelelawar dan ular yang dijual di pasar Huanan.

Para mahasiswa Indonesia yang terisolasi di Wuhan mengharap untuk segera dipulangkan. Pemerintah setempat menghimbau untuk tidak keluar ruangan, sehingga mereka hanya tinggal dalam apartemen dan kamar asrama bersama yang lainnya.

Para mahasiswa Aceh yang berada di Wuhan meminta untuk segera dievakuasi dan berharap dapat kembali ke Indonesia.
Ketua Himpunan Mahasiswa Aceh di China (Cakradonya), Teuku Agusti Ramadhan, sudah merasa tidak aman karena status virus telah mencapai level 2.

Mereka juga mengalami tekanan psikologis dengan semakin merebaknya berita kematian setiap waktu serta kekhawatiran dari keluarga di Indonesia.
Keresahan juga dirasakan Siti Mawaddah, seorang mahasiswi dari Aceh, "kami seolah olah sedang  menunggu giliran berikutnya untuk terinfeksi virus Corona yang mematikan ."

Sementara  Rio Alfi menceritakan bahwa persediaan logistik semakin menipis, harga sembako semakin mahal sementara mereka hanya mengandalkan beasiswa untuk bertahan hidup di sana.

Sejumlah 12 mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang sedang menjalani program beasiswa bahasa Mandarin di Central China Normal University (CCNU), Wuhan juga mengalami hal yang sama.

Meskipun demikian KBRI Beijing menyatakan, pihaknya memastikan akan terus melindungi keselamatan jiwa dan mencukupi kebutuhan 93 WNI yang tertahan di Ibu Kota Provinsi Hubei itu.

Demikian pula Pemerintah Aceh juga mengirim bantuan untuk biaya logistik para mahasiswa Aceh sebesar Rp50 juta. Dana tersebut dilaporkan telah diterima mahasiswa. 

Sementara The Jokowi Center mengajak Pemerintah Daerah (Pemda) di provinsi lain Indonesia, mengikuti langkah Pemerintah Aceh yang telah membuka posko 24 jam memantau kondisi 12 mahasiswa asal Aceh dari 93 mahasiswa Indonesia di Wuhan.

Semoga ada titik temu berbagai kepentingan yang terkait dan sejumlah mahasiswa maupun WNI yang terjebak di sana  bisa dipulangkan dengan segera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun