Netizen Indonesia paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Berita inilah yang sedang ramai di media online sekarang. Ketika, netizen Indonesia mulai menyerang, akun yang dituju akan langsung mengnonaktifkan kolom komentar dan langsung menghapus akun media sosialnya.Â
Komentar-komentar netizen Indonesia memang paling kejam dan tidak sopan sehingga menyangkut ranah pribadi orang yang diberitakan. Dari hal itu saya teringat dengan sebuah kata-kata yang menarik "Yang ketik jari yang kena hati" yang artinya ketikan yang sampai kedalam hati "perasaan".
Netizen
Apakah anda netizen? Apakah saya netizen? yah, kita semua adalah netizen. Karena, kita menggunakan media sosial tetapi kita juga memiliki perbedaan dari hal tersebut. Menurut saya, ada 4 tipe netizen di Indonesia yaitu:
Pertama, netizen Aktif. Netizen yang selalu muncul berkomentar dan selalu up to date tentang berita tanpa harus menyerang. Mereka netizen yang berpikiran terbuka dan tidak terkena pengaruh dengan hal lainnya.
Kedua, netizen Pasif. Netizen yang tidak peduli dengan berita dan tidak aktif komentar di kolom komentar. Mereka mengetahui kasus yang diberitakan tetapi tidak peduli dan hanya menjadi pembaca.
Ketiga, netizen Petarung. Netizen yang kejam, tidak sopan, muncul saat beritanya ramai, dan berita yang berhubungan dengan Indonesia. Contohnya, dalam kasus Bulu Tangkis saat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) memaksa mundur tim Indonesia dari All England 2021, netizen petarung langsung menyerang akun media sosial BWF dan akun-akun yang terlibat dengan BWF sehingga membuat akun All England dihapus dari Instagram.
Keempat, netizen Informan. Netizen yang memberikan informasi kepada netizen petarung untuk menyerang target yang sedang diberitakan. Mereka netizen yang mengumpulkan dan membagikan informasi di kolom komentar.
Media
Komentar-komentar netizen yang tidak sopan tidak bisa dilepaskan dari cara kerja media dalam memberitakan sebuah kasus. Sesuai dengan Jurnal Dewan Pers, November 2018 memperkirakan jumlah media massa di Indonesia berjumlah 47.000 media dan 43.300 media online.Â
Jumlah media yang sangat besar bearti tanggung jawab media di lingkungan pers Indonesia juga besar. Jangan membingungkan sebuah berita yang nyata dengan berita-berita hoaks yang belum tentu kejelasannya, apalagi masyarakat Indonesia rata-rata sangat mudah terpancing emosinya.UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia.Â
Menurut, data UNESCO minat baca masyarakat Indonesia sangat menyedihkan hanya 0,001% artinya dari 1000 orang Indonesia cuma 1 orang yang rajin membaca. Rendahnya minat baca membuat masyarakat mudah menangkap berita-berita hoaks tanpa disaring terlebih dahulu.Â
Dari hal tersebut, media seharusnya bisa membuat masyarakat semakin cerdas sekaligus mampu mengungkap banyak kasus penyimpangan yang dilakukan penyelenggara pemerintah. Sebaliknya, masyarakat bisa makin bingung, karena media hanya mengejar target ekonomi.Â
Jika, mengacu kepada UU no 40 tahun 1999 tentang Pers maka fungsi yang harus dimainkan media adalah sebagai penyebar informasi, pendidik, hiburan dan kontrol sosial. Jika fungsi-fungsi ini tidak dijalankan oleh media bisa jadi kehadirannya tidak memberikan dampak positif dalam pers Indonesia.
Indonesia merupakan negara dengan pengguna internet yang mencapai 202,6 juta jiwa pada tahun 2021 dan jumlah ini meningkat sekitar 15,5 persen dibandingkan tahun 2020. Hal tersebut bisa menjadi dampak positif dan dampak negatif pada masyarakat. Baru-baru ini netizen Indonesia kembali mendapat sorotan dari dunia, karena menyerang pasangan gay yang menikah di Thailand. Tak hanya menyerang dengan hujatan, netizen juga mengancam mati pasangan tersebut dan menyebut pernikahan mereka akan membuat dunia kiamat. Selain itu, ada Reemar Martin seleb TikTok asal Filipina yang diserang oleh netizen perempuan Indonesia, karena terlalu cantik dan membuat pria Indonesia mengidolakannya.Â
Ada juga, kasus dari olahraga Catur yang membuat heboh masyarakat Indonesia yaitu Kasus Dewa Kipas melawan GothamChess. Dewa Kipas dituduh melakukan tindak kecurangan dengan menggunakan program ilegal oleh GothamChess dan melaporkannya di platform Chess.com. Hal tersebut membuat netizen Indonesia emosi dan menyerang semua akun media sosial dari GothamChess sehingga kolom komentarnya dinonaktifkan. Karena, banyak netizen yang melontarkan kata-kata kasar dan umpatan. Hal tersebut membuktikan bahwa netizen Indonesia paling tidak sopan se-Asia Tenggara, sesuai dalam riset yang dirilis Microsoft dalam laporan Digital Civility Index (DCI) 2020.
Nah, ketidaksopanan netizen dalam menggunakan media sosial tidak bisa disalah sepihak. Media harus menjadi sarana edukasi bagi masyarakat. Bagaimana netizen bisa sopan dan tidak masuk ke dalam ranah pribadi, kalau medianya saja juga mencari-cari berita di ranah pribadi seseorang.
Ian Ardyanto, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Penulis bisa dihubungi melalui Twitter: @ian_ardyanto dan Instagram @ianardyantoo.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI