Mohon tunggu...
Ian Hidayat
Ian Hidayat Mohon Tunggu... Penulis - Sedang bercanda cita

Menempuh pendidikan di UIN Alauddin Makassar dengan beasiswa dari orang tua

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Aktivisme dan Kegagalan Kemiskinan

9 Januari 2025   13:08 Diperbarui: 9 Januari 2025   13:08 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Fotografi Chris Dior, Kemiskinan 

Dalam dua kasus tersebut, aktor yang menjadi perampas lahan adalah negara. Negara memiliki kewenangan lebih atas warga negara. Hal ini, besar kemungkinan terjadi karena ada ketimpangan sosial antara warga sebagai pihak yang dikuasai dan negara sebagai pihak yang menguasai.

Tindakan tersebut, merupakan tindakan yang tersistematis dan terstruktur yang dilakukan oleh negara. Negara, memiliki kewenangan memanipulasi hukum dan menggerakkan kekuatan pengamanan dalam hal ini polisi. Kewenangan tersebut terkadang tidak mampu dijangkau oleh masyarakat, terkhusus masyarakat tani di dua wilayah yang disebut.

Selain negara sebagai aktor kekuasaan, pihak lain juga memiliki kemungkinan untuk menjadi aktor perampas lahan. Semisal pada mereka yang memiliki kondisi ekonomi berlebih, atau pemilik modal.

Dalam teori politik ekonomi, para pemilik modal dapat mengkonvrsi kekuatan ekonominya menjadi kekuatan. Mereka dapat menyewa preman atau bahkan polisi untuk kepentingan usahanya. Mereka juga dapat memanipulasi hukum, dengan menyewa legislator atau menyuap jaksa dan hakim dalam proses peradilan. Hal ini tentunya akan berdampak buruk dan melanggenkan ketimpangan sosialnya.

Bias Giat Aktivisme

Pada dasarnya, tulisan ini saya buat sebagai bahan diskursus melihat fenomena gerakan sosial yang ada. 

Pada suatu pagi yang cerah, saya yang berada dalam lingkungan kawan kawan yang mendeklarasikan mereka sebagai bagian dari aktivisme menkritik cara kerja saya dalam membangun relasi dengan tumbuhan.

Mereka mengklaim saya gagal dalam merawat tanaman yang ada. Kali ini, saya mencoba mengkoreksi cara berpikir tersebut.

Dalam relasi sosial, penting dilihat relasi kekuasaan tidak hanya terjadi hanya dalam hubungan petani dan negara, atau hanya dalam hubungan kemiskinan dan kekayaan namun lebih dari itu.

Jika menilik teori awal, teori kekerasan Galtung kita bisa membayangkan bagaimana kemiskinan itu terjadi. Ada struktul sosial yang bekerja.

Dalam relasi manusia dengan tanaman, penting melihat relasi sosial. Manusia terkadang mendeklarasikan diri sebagai tuan atau majikan, hal ini juga yang diklaim oleh pegiat aktivisme tersebut terhadap relasi saya dan tanaman yang ada, walau sebenarnya saya tidak menciptakan relasi majikan dan peliharaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun