Menjelang pergantian siang kepada malam, kami tiba di gerbang Gunung Rorekatimbu. Kami mengalahkan badai. Sekali lagi, kami menertawai badai. Kami juga menertawai diri sendiri. Telah berhasil menjumpai badai. Saya mulai mencintai badai.Saya mencintai badai bersama dengan ancaman mati, bersama dengan tawa, bersama dengan bahagia, bersama dengan tangis, bersama dengan takut, bersama dengan segala ekspresi yang dibawa badai.
Saya mencintai badai bersama dengan gunung, bersama dengan pepohonan, bersama dengan bebatuan, bersama dengan langit, bersama dengan manusia, bumi dan segalaisinya, bersama dengan dirimu.
Saya selalu merindui badai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H