Mohon tunggu...
Fuad Mutashim
Fuad Mutashim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jangan menunggu waktu luang, tapi luangkanlah waktu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Egoisme Dalam Beragama di Tengah Pandemi Corona

7 April 2020   20:50 Diperbarui: 7 April 2020   21:29 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mereka percaya bahwa hidup dan mati ada ditangan Allah. Di daerah lain pun ada seorang kakek yang keukeuh tetap ingin melaksanakan shalat jumat padahal otoritas pemerintah setempat telah menetapkan untuk mengganti shalat jumat dengan shalat dzuhur untuk mencegah penyebaran wabah covid-19. Namun, memang pemahaman teologi Jabariyah masih banyak dianut oleh pemeluk agama di Indonesia.

Tersebarnya Covid-19 hingga ke Indonesia membuat masalah baru bagi negara ini, yaitu persoalan ritual keagamaan. Tingkat religiusitas yang tinggi di kalangan masyarakat bukanlah hanya sekedar angka juga isapan jempol belaka. Agama memiliki peran yang sangat tinggi dalam kehidupan mereka. Terkait himbauan Pemerintah mengenai pembatasan ruang gerak sosial akan sangat berpengaruh terhadap para pemeluk agama.

Pembatasan ritual ibadah oleh pemerintah yang bertujuan untuk melindungi kesehatan warganya masih belum bisa diterima oleh kebanyakan pemeluk agama. Mereka yang menolak tidak bisa dipisahkan karena pemahaman teologis belaka, terutama di era digital ini. Berbagai alasan bisa kita jumpai dengan mengambil dalil agama secara serampangan untuk meluluskan argumen dari kelompok yang menolak.

Pemahaman takdir ala Jabariyah dan fatalisme memang terselip di berbagai ajaran akidah pemeluk agama di Indonesia. Pemahaman tersebutlah yang akhirnya berujung penolakan terhadap Fatwa MUI. 

Fatwa MUI kerap kali dicurigai oleh mereka sebagai tindakan pemerintah untuk menjauhkan mereka untuk melakukan ritual ibadah. Padahal sebelum MUI mengeluarkan keputusan, mereka telah melakukan konsolidasi dengan beberapa pihak terkait guna memberikan arahan untuk berbagai kelompok agama dalam pelaksanaan ritual keagamaan selama kondisi krisis demi keselamatan mereka.

Kepatuhan Kepada Pemerintah

Majelis Ulama Indonesia (MUI), telah mengeluarkan fatwa untuk mencegah penyebaran virus Corona ini dengan menganjurkan agar tetap shalat dirumah dan mengganti shalat jumat dengan shalat dzuhur. Akan tetapi, karena sikap egois dari beberapa kelompok, tetap ada saja yang menolak anjuran tersebut dengan memaksa datang ke masjid dan menyuruh agar DKM masjid tetap membuka. Dan tak sedikit orang yang menganggap hal demikian adalah sesat dan tak sesuai ajaran islam.

Sungguh ironis. Disaat pemerintah mencoba untuk menimimalisir jatuhnya korban disebabkan virus Corona, masih saja ada masyarakat yang ngeyel terhadap peraturan yang sudah ditetapkan. 

Sudah jelas memang, masih banyak umat Islam Indonesia yang menganut ajaran fatalisme, dengan anggapan hanya dengan berserah diri kepada Allah dan melakukan amalan tertentu bisa membuat mereka terhindar dari wabah penyakit virus Corona. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Ada ikhtiar sebelum tawakkal.

Dalam konteks kehidupan kita saat ini. Sangat penting bagi kita untuk senantiasa sabar serta bertawakkal kepada Allah menghadapi musibah virus Corona. Akan tetapi, tawakkal kita harus dibarengi dengan usaha sungguh-sungguh untuk mencegah penularan virus Corona agar tak menjadi musibah bagi orang-orang yang kita cintai.

Tak lupa, kita harus patuh kepada keputusan pemerintah atau pemimpin. Kepatuhan kepada pemimpin merupakan kewajiban yang disyariatkan, hanya segaris di bawah kepatuhan kepada Rasulullah Saw. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun