Saat ini, seluruh dunia tengah diguncang oleh kepanikan juga kekhawatiran. Hal tersebut muncul dikarenakan suatu virus, virus yang kecil namun mampu membunuh hingga puluhan ribu orang, yaitu virus Corona atau Covid-19.Â
Munculnya virus ini mengakibatkan duka yang mendalam bagi seluruh umat manusia. World Health Organization (WHO) telah menetapkan wabah virus Corona ini sebagai pandemi, karena telah menyebar hampir ke seluruh dunia. Indonesia adalah salah satunya.
Berbagai macam reaksi muncul dalam menyikapi Covid-19 ini, terutama di kalangan umat Islam, seperti muncul celotehan, "Kami tidak takut pada Corona. Kami hanya takut pada Allah". Atau, "Bukannya mati itu sudah ketentuan Allah.Â
Kita semua pasti mati. Kenapa harus takut mati karena Corona?". Plus, ada pula yang bercetus "Jangan tinggalkan Masjid meskipun ada Corona.".Â
Masalahnya, orang-orang yang memiliki prinsip demikian tetap menjalankan kehidupan sehari-hari, tanpa memperdulikan anjuran otoritas setempat terkait penanganan pandemi Corona. Padahal pemerintah Indonesia telah mengeluarkan aturan social distancing agar memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Merespon hal tersebut, banyak orang gelisah dan mempertanyakan, "apakah jangan-jangan sikap beragama masyarakat kita masih terbilang konservatif?"
Memang setiap orang dan golongan memiliki cara masing-masing dalam memahami agama. Namun, ketika melihat hal yang demikian, membuat penulis beranggapan bahwa mereka adalah orang-orang yang masih dalam tahap pubertas beragama. Hingga mereka masih memiliki semangat dan fanatisme yang tinggi. Â Lalu, sebenarnya bagaimana sikap Islam sendiri dalam menghadapi wabah virus Corona?.
Perbedaan Sudut Pandang
Dalam konteks menyikapi wabah virus Corona ini, ada beberapa golongan keagamaan yang ikut andil dalam menyikapi hal ini, salah satunya adalah golongan fatalisme dan golongan free will.Â
Kedua golongan ini percaya kepada Tuhan, namun berbeda dalam mengambil sikap soal permasalahan hidup. Oleh karenanya, fatalisme dan free will berbeda pandangan ketika menjawab dan menangani Covid-19 ini.
Fatalisme lebih percaya kepada nasib (takdir) yang telah ditentukan oleh Tuhan. Dalam Teologi Islam aliran ini disebut Jabariyah. Karena bagi fatalisme berserah diri kepada Tuhan adalah tindakan paling tepat dan mulia dalam menghadapi setiap masalah manusia.Â