Pak Budi Karya, Dirut Angkasapura, menambahkan bahwa akan ada patung Garuda dan patung Soekarno-Hatta serta dekorasi batik yang menghiasi bandara. Mungkin T3 juga butuh sebuah masterpiece karya seniman besar Indonesia untuk menjadi maskot dan memberikan identitas nusantara pada bandara yang megah tapi terasa “kosong”. Jadi patut ditunggu hasilnya begitu finishing selesai.
Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, bahwa bagi saya bandara hanya tempat pemberhentian fisik, tapi tanpa ikatan emosional. Mungkin sisi emosional inilah yang bisa menjadi kunci bagi T3 untuk membedakannya dengan bandara lain di dunia. Caranya adalah dengan pelayanan dan keramahan staf bandara yang siap membantu setiap pengunjung (lokal maupun internasional) tanpa dipungut biaya. Entah itu memberikan informasi bandara, transportasi & akomodasi, tempat tujuan wisata ataupun sekedar membantu memberikan troli. Karena itu, staf bandara mulai dari resepsionis, sekuriti, hingga petugas kebersihan toilet harus dilatih untuk ramah terhadap pengunjung dan menguasai bahasa Inggris dasar. Juga diajarkan cara salam seperti layaknya petugas hotel bintang 5.
Saran tambahan:
1. Menambah jumlah atau kapasitas toilet. Karena toilet di Check-in Area dan Boarding Area kurang memadai untuk melayani area seluas itu.
2. Memberikan kesempatan kepada UKM kuliner untuk dapat membuka usaha serta membangun brand mereka secara internasional, misalnya Martabak Factory (eh promosi usaha sendiri deh).
3. Adanya Information centre yang lengkap untuk para turis, berisi brosur pariwisata dan informasi tentang transportasinya.
4. Area bermain anak di Boarding Area tidak memadai, bisa dilengkapi dengan perpustakaan anak atau juga mainan edukasi tentang dunia penerbangan atau pariwisata Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H