Musim pendaftaran mahasiswa baru sudah dimulai, beberapa kampus bahkan sudah memulai membuka pendaftaran jalur non tes. Misalnya melalui jalur nilai raport atau biasanya kita kenal dengan nama PMDK. Meskipun jalur non tes sudh dibuka, euphoria jalur undangan atau SNMPTN dan jalur tes SBMPTN masih tak terkalahkan.
Secara umum beberapa jurusan yang sampai sekarang cukup diminati diantaranya, Manajemen, Pendidikan Guru SD, Akuntansi, Ilmu Hukum, Teknik Informatika (Sumber: Kemendikbud). Tak lupa pula jurusan yang masih tetap menjadi primadona yaitu Kedokteran.
Jurusan-jurusan tersebut biasanya dijadikan pilihan pertama saat mendaftar perguruan tinggi, baru kemudian jurusan-jurusan lain dijadikan pilihan kedua. Dikarenakan kouta yang tidak sebanding dengan jumlah peminat, tidak semua pendaftar akan diterima di pilihan pertama.
Biasanya mereka yang tidak diterima dipilihan pertama akan merasa yang Namanya salah jurusan. Padahal tidak ada namanya jurusan yang salah. Sebagai calon mahasiswa sudah sepatutnya mempelajari setiap jurusan-jurusan yang akan dipilih, bukan hanya pilihan pertama saja namun juga pilihan kedua.Â
Namun, mungkin beberapa diantaranya tidak mengenal betul jurusan yang menjadi pilihan kedua sehingga saat memasuki jurusan tersebut akan merasa salah jurusan.
Ironisnya berdasarkan Educational Psychologist dari Integrity Development Flexibility (IDF), 87% mahasiswa di Indonesia merasa salah jurusan. Beberapa hal yang menjadi penyebab mahasiswa merasa salah jurusan yang saya kutip dari (detik.com) diantaranya:
- Ikut-ikut teman
Tidak bisa dipungkiri masa SMA menjadi masa terindah menjalin pertemanan, biasanya pada masa SMA kita akan mempunyai yang namanya teman akrab. Teman akrab ini biasanya dijadikan pertimbangan dan juga acuan dalam berbagai hal, salah satunya saat memilih jurusan perkuliahan.
Banyak diantaranya memilih jurusan yang sama dengan teman-temannya agar tetap bisa bersama saat kuliah. Padahal bisa saja jurusan tersebut tidak disukai. Dan kemudian saat memasuki perkuliahan barulah dia sadar bahwa jurusan yang ia pilih tidak sesuai dengan minatnya. Â
- Banyaknya saran yang masuk
Saran yang masuk bisa saja menjadikan pertimbangan yang matang dari siswa saat memilih jurusan kuliah. Namun banyaknya saran yang masuk tanpa disaring dengan teliti dan pemahaman mendalam akan menjadikan kebingungan bagi mereka yang akan berkuliah. Pada akhirnya akan menyebabkan keterburu-buruan dalam memilih jurusan saat kuliah yang akan menyebabkan tidak disukainya jurusan tersebut.
- Penawaran beasiswa
Penawaran beasiswa merupakan hal yang sangat solutif, apalagi bagi mereka yang membutuhkan keringanan biaya saat perkuliahan. Namun bukan tidak mungkin jika penawaran beasiswa pada jurusan tertentu menjamin calon mahasiswa menyukai jurusan tersebut. Oleh karena itu, alangkah bijaknya jika siswa memilih beasiswa dari jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Saya ulangi lagi, sebenarnya tidak ada yang namanya jurusan yang salah, kita yang harus mulai mengenal dan mamahami jurusan tersebut. Seperti pepatah, "tak kenal maka tak sayang", kenalilah dulu secara betul baru kemudian muncul rasa sayang. Pun hal ini juga idealnya dilakukan dengan jurusan yang akan dipilih, pelajarilah lebih detail terkait jurusan tersebut sebelum memutuskan untuk memilih jurusan tersebut. Dengan mengetahui secara detail saya yakin akan tumbuh rasa menyukai jurusan tersebut.
Bagi yang sudah terlanjur merasa salah jurusan, mulailah untuk mencintai jurusan tersebut. Pepatah jawa mengatakan "tresno jalaran soko kulino". Saat terbiasa dengan aktivitas di jurusan tersebut saya yakin perasaan salah jurusan akan terkikis dengan rasa mencintai jurusan tersebut.Â
Lakukan kegiatan yang bisa menjadikan pemicu kalian menyukai jurusan tersebut. Misalnya aktif di kegiatan organisasi, perlombaan, dan club-club yang ada di lingkup kemahasiswaan. Biasanya dengan mengikuti kegiatan ini menjadi pemicu mulai munculnya bumbu-bumbu cinta terhadap jurusan yang diambil. Â
Perlu diketahui setiap jurusan yang ada di Perguruan Tinggi sudah dirancang dengan sangat detail dan menyesuaikan dengan kebutuhan keilmuan dan juga kebutuhan di dunia kerja. Setiap jurusan akan merancang kurikukulum yang disesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Bahkan kurikulum ini akan selalu dievaluasi secara agar jurusan tersebut menyesuaikan dengan kebutuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H