Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Redaktur di Gusdurian.net dan CMO di Tamasya Buku. Penulis feature dan jurnalisme narasi di berbagai media.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Auni, Perempuan Mandiri di Tengah Tradisi Patriarki

15 November 2024   14:49 Diperbarui: 15 November 2024   15:01 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Auni. Foto: Digenerasi dengan kecerdasan buatan.

Setiap akhir adalah awal dari sebuah perjalanan baru, dan yang paling akhir dari sebuah perjalanan adalah pengalaman, dan yang paling akhir dari sebuah pengalaman adalah pengamalan. 

Di tengah perasaan yang berat, saya mencoba menghibur diri dengan memutar lagu Maha Melihat yang dinyanyikan oleh Opick feat. Amanda. 

Ada satu bagian dari liriknya yang selalu saya dengarkan berulang-ulang,  liriknya begini: 'Yang dicinta 'kan pergi, yang didamba 'kan hilang, hidup kan terus berjalan, meski penuh dengan tangisan.'

Lirik tersebut mengingatkan saya pada perjalanan yang sedang saya jalani. Aunur Rofiq Lil Firdaus, begitu lihai dalam menulis lirik, sehingga mampu menggambarkan apa yang saya rasakan sekarang.

Kenapa begitu relevan? Sebab saat ini, saya sedang menghadapi kenyataan pahit: saya tidak berhasil menikahi kekasih yang telah menemani saya selama enam tahun. Ia terpaksa menerima pinangan laki-laki lain.

Sehingga, angka perkawinan turun akibat saya tidak jadi menikah. Hehe. Saya loh ya, dianya jadi!

Setiap hubungan, apa pun itu statusnya—pacaran, menikah—meski berakhir, entah dengan perpisahan, atau pun dengan kematian. 

Dulu, saya sangat berharap kami bisa dipisahkan oleh kematian. Mungkin, itu terdengar tragis atau berlebihan, tetapi pada saat itu, saya merasa bahwa perpisahan secara alami, yang datang dengan cara yang pasti dan tak terelakkan, akan lebih mudah saya terima. 

Saya bayangkan, jika itu yang terjadi, saya tidak perlu merasakan sakit yang datang dari keputusan yang harus dibuat, dari kenyataan bahwa kami harus berpisah. 

Kenyataan berkata lain. Perpisahan ini datang tanpa peringatan, tanpa semacam "izin" atau persetujuan dari hati saya. 

Saya tidak dipersiapkan untuk itu. Tapi Auni telah mempersiapkannya, bahkan sampai menulis buku untuk melepaskan kepergian saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun