Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Redaktur di Gusdurian.net dan CMO di Tamasya Buku. Penulis feature dan jurnalisme narasi di berbagai media.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Buku Murah Rp1.000? Hati-hati, Palsu! Ancaman Pembajakan Buku Bagi Literasi Bangsa

20 Mei 2024   11:31 Diperbarui: 20 Mei 2024   11:36 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembajakan buku tak hanya merugikan industri perbukuan secara keseluruhan, tetapi juga menjadi ancaman serius bagi para penerbit rintisan (indie) atau UMKM.

Penerbit indie, dengan modal yang terbatas, ibarat sniper yang harus tepat sasaran dalam meluncurkan buku. Mereka hanya memiliki "satu peluru", yaitu satu buku dalam sebulan yang mereka produksi. Jika bukunya dibajak, maka kerugiannya akan berlipat ganda. Sudah jatuh tertimpa eskalator!

Berbeda dengan penerbit besar yang memiliki "senjata bombardir", mereka dapat memproduksi banyak buku dan menebarkan luasnya. Jika ada beberapa buku yang dibajak, mereka masih memiliki modal sehingga bisa memperkarakan secara hukum terhadap pelaku pembajakan.

Wawan Arif, Ketua IKAPI DIY. Foto: Dok Kolaborasi Buku
Wawan Arif, Ketua IKAPI DIY. Foto: Dok Kolaborasi Buku

Sebab itu, penting bagi masyarakat untuk memahami bahaya pembajakan buku. Membeli buku dari sumber resmi dan melaporkan jika menemukan buku bajakan adalah langkah kecil yang dapat membantu melindungi industri perbukuan dan menumbuhkan ekosistem kreatif di Indonesia. 

Minimnya Payung Hukum dan Dukungan Pemerintah

Meskipun terdapat Undang-undang Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan, namun menurut Wawan masih terdapat kekurangan dalam regulasi yang lebih detail. Turunan dari undang-undang tersebut, seperti peraturan daerah, belum ada.

Contoh nyata dari minimnya perlindungan hukum adalah kasus Toko Buku Gunung Agung yang gulung tikar. Pemerintah tidak turun tangan untuk membantu, meskipun toko buku tersebut merupakan salah satu toko buku terbesar di Indonesia dan memiliki peran penting dalam memajukan industri perbukuan.

Hal ini berbeda dengan sektor lain seperti perbankan, di mana pemerintah sering memberikan bantuan saat terjadi krisis.

Suasana Buku Tamu #4. Foto: Dok. Kolaborasi Buku
Suasana Buku Tamu #4. Foto: Dok. Kolaborasi Buku

Wawan membandingkan situasi di Indonesia dengan negara lain seperti Malaysia. Di Malaysia, pemerintah menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap industri perbukuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun