Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Redaktur di Gusdurian.net dan CMO di Tamasya Buku. Penulis feature dan jurnalisme narasi di berbagai media.

Selanjutnya

Tutup

Home Artikel Utama

Beli Rumah KPR atau Sewa? Begini Cara Memutuskan dengan Tepat!

25 April 2024   01:31 Diperbarui: 25 April 2024   10:22 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembelian rumah. Foto: UNSPLASH/TIERRA MALLORCA via Kompas.com.

Hidup dengan banyak gengsi akan menimbulkan banyak sanksi.

Pernahkah kamu kebingungan saat dihadapkan pada pilihan antara membeli rumah dengan sistem berjangka (KPR) alih-alih menyewa?

Agen properti seringkali meyakinkanmu dengan kalimat seperti "Sewa hanya membuang uang, menyicil tapi tidak jadi hak milik, lebih baik KPR yang sama-sama menyicil namun rumah akan jadi aset seumur hidup".

Sebelum terburu-buru mengambil keputusan, mari tarik nafas dulu, hembuskan pelan-pelan, lalu jawab pertanyaan ini: Apa tujuan akhir kamu memiliki rumah? Apakah semata untuk hunian? Gengsi atau penegasan identitas? Atau untuk aset hari tua?

Ambil pulpen, buka notebook, atau gunakan gawaimu. Luangkan waktu untuk merenungkan. Tulis jawabanmu! 

Meskipun sekarang belum ada budget, tulis aja dulu, siapa tau jawabanmu itu bakal jadi doa. Amin!

Sambil kamu merenungkan dan menulis jawabannya, mari kita bahas sebuah metode yang dapat membantumu menemukan jawaban yang tepat: Begin With the End in Mind dari Stephen R. Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People.

Apa yang dimaksud dengan End in Mind? Sederhananya, ini adalah tentang memikirkan tujuan akhir dari setiap keputusan yang kamu ambil. Dalam hal ini, apa yang ingin kamu capai dengan memiliki rumah?

Dengan memahami Begin With the End in Mind, kamu akan terhindar dari bujuk rayu agen properti yang hanya ingin menjual produknya. Kamu akan lebih mantap dalam mengambil keputusan dan tidak mudah goyah oleh halang rintang di tengah jalan.

Saya ilustrasikan dengan seorang sopir bus. Dia selalu memiliki tujuan akhir yang jelas di setiap perjalanannya, misalnya Terminal Bungur di Surabaya. Dia mempersiapkan segala sesuatunya, seperti bensin, kondisi fisik, dan perkiraan kondisi jalan.

Jika terjadi halangan di perjalanan, dia sudah memiliki rencana cadangan, seperti menelepon kolega di Ngawi jika kendaraannya mogok, atau menghubungi teknisi di Madiun jika tiba-tiba bannya pecah.

Bagaimana jika sopir itu tidak memiliki tujuan akhir yang jelas? Penumpangnya tentu akan merasa was-was, cemas, gundah gulana, dan tidak merasa aman.

Sama halnya dengan membeli rumah. Baik kamu memilih KPR atau menyewa, mulailah dengan the End in Mind. Setelah menetapkan tujuan akhir yang jelas, susunlah strategi yang matang untuk mencapainya. 

Antisipasi berbagai rintangan dan hambatan yang mungkin dihadapi di sepanjang perjalanan. Semakin detail perencanaan dan antisipasi yang kamu lakukan, semakin besar peluang untuk mencapai tujuanmu.

Jika tujuanmu hanya untuk hunian, terutama sebagai perantau, menyewa rumah bisa menjadi pilihan yang lebih tepat. 

Bayangkan kamu seorang karyawan di kota besar. Kamu membeli rumah dengan KPR dan telah mencicilnya selama 5 tahun. Tiba-tiba, terjadi pandemi dan perusahaanmu mengalami krisis keuangan sehingga terpaksa melakukan PHK besar-besaran. Kamu kehilangan pekerjaan dan penghasilanmu terputus.

Developer rumah dapat mengambil alih rumahmu dan kamu akan kehilangan semua uang yang telah kamu bayarkan. Sewa rumah dapat membantumu menghindari situasi seperti ini.

Selanjutnya, membeli rumah hanya untuk gengsi atau sekadar penegasan identitas adalah keputusan yang tidak bijak. Hanya akan membuat hidupmu jadi rumit.

Orang lain tidak akan peduli dengan notifikasi tagihan yang terus mencekikmu atau keuanganmu yang terus menerus terlilit hutang.

Jika kamu tidak mampu membayar cicilan KPR, kamu akan dilanda stres dan kecemasan, yang cikal bakalnya adalah terjadinya pertengkaran dalam rumah tangga. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisikmu. 

Efek dominonya berimbas pada kinerjamu yang tidak lagi prima, sehingga membuat Key Performance Indicator menurun hingga berujung pemecatan.

Biaya yang harus dikeluarkan tidak berhenti pada cicilan KPR saja. Rumah membutuhkan perawatan rutin seperti mengecat ulang, memperbaiki genteng, dan merawat taman. Selain itu, kamu harus membayar PBB setiap tahun kepada pemerintah daerah. Besaran PBB ini tergantung pada nilai jual objek pajak (NJOP) rumahmu.

Beda cerita jika kamu membeli properti untuk disewakan. Hal ini dapat menjadi strategi investasi yang menguntungkan, terutama jika kamu memiliki modal yang cukup atau memiliki agunan yang bisa digadai. Sehingga penyewa yang membayar tagihan cicilanmu.

Jika end in mind-mu adalah aset di hari tua, alih-alih terjebak dalam siklus KPR yang menguras keuangan, pilihlah menyewa rumah sederhana sebagai tempat tinggal. 

Sisihkan sisa penghasilanmu untuk ditabung dalam bentuk emas murni atau logam mulia.

Para ahli keuangan sepakat: nilai emas cenderung stabil dan tidak terpengaruh inflasi. Berbeda dengan rumah, yang harganya naik sebab nilai tukar rupiah yang merosot, emas murni (bukan perhiasan) tetap terjaga nilainya.

Di tahun 2000, harga emas sebesar Rp80.000 per gram. Kini, harganya telah mencapai Rp1.000.000 per gram. Artinya, nilai emasmu telah meningkat drastis, sementara harga rumah tetap stagnan jika dilihat dari nilai emas.

Pada tahun 2000, kamu membeli rumah dengan 500 gram emas. Sampai saat ini, rumah tersebut masih dapat dibeli dengan 500 gram emas yang sama. Tentu saja, ini hanyalah ilustrasi untuk melawan bias kognitif dan menghindari jebakan marketing dari agen KPR.

Sebab itu, jika kamu ingin memiliki rumah tanpa bunga, menabunglah dalam bentuk emas. Jika kamu bersedia mencicil rumah selama 20 tahun beserta bunganya, kenapa tidak mencicil tabungan emas selama 20 tahun?

Mengingat harga emas saat ini adalah satu juta per gram, bisa jadi 20 tahun lagi harga rumah mencapai 20 juta per gram.

Jika KPR kamu hanya dapat satu rumah, dengan menabung emas selama 20 tahun ke depan, kamu bisa membeli empat rumah sekaligus, bahkan lebih!

Tentu, sekali lagi ini hanya ilustrasi kasar, kamu tetap punya kewenangan untuk menepis ide saya yang belum punya rumah ini, hehe. Kembali lagi, begin with the end in mind [mhg].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun