Menjadi Kompasianer yang tulisannya sering mejeng di halaman utama Kompasiana hingga ditayangkan pada platform lain di KG Media Network memang tak semudah scrolling TikTok.
Rasa insecure dan takut dibuli kerap menghantui, terutama bagi Kompasianer pemula. Komentar pedas dan kritikan tak jarang membuat mental down dan ragu untuk terus berkarya.Â
Iqbal Aji Daryono, penulis dan penjelajah kondang, berbagi pengalamannya dalam Buku Tamu #3 yang diselenggarakan oleh komunitas Kolaborasi Buku pada Sabtu, 9 Maret 2024.
Iqbal menuturkan bahwa semua penulis dan pekerja kreatif, tentu saja termasuk Kompasianer, harus melalui proses awal yang penuh tantangan, seperti dibayar murah dan bahkan tidak dihargai.Â
Iqbal pun mengaku pernah mengalami fase insecure dan takut saat menulis. Takut dibantah, dihujani kritik, dibuli bahkan dibilang jelek.
Namun, ia menekankan bahwa fase tersebut harus dilewati. "Saya punya satu jurus agar tidak ada yang mengkritik tulisan kita," tukasnya.
"Tolong dengarkan baik-baik, agar tidak ada yang mengkritik tulisan kita pengen tahu enggak? Jawabannya, jangan pernah menulis!"
Tentu saja, itu hanya gurauan. Inti dari pernyataan Iqbal adalah bahwa kritik dan komentar negatif adalah bagian tak terelakkan dalam dunia kreatif.Â
Tidak ada karya kreatif yang mampu menyenangkan semua orang dan membuat semua orang setuju dengan apa yang kita tulis. Itulah mengapa, bagi Kompasianer yang sedang belajar menulis, kuncinya adalah teruslah berkarya!
Bagi Kompasianer yang suka traveling, tips dari penulis buku Lelaki Sunni di Kota Syiah ini bisa dicoba.
Siapa tahu, perjalananmu tidak hanya menghasilkan foto-foto indah untuk dipajang sebagai feed media sosial, tetapi juga bisa menjadi tulisan renyah yang berpotensi dimuat di platform lain di KG Media Network, dan bahkan menjadi buku!
Berikut beberapa tips dari Iqbal untuk membuat tulisan cerita perjalanan yang renyah:Â
Temukan Sisi Unik dari Tempat yang Kamu Kunjungi
Menulis cerita perjalanan yang menarik bukan hanya tentang mendeskripsikan tempat destinasi, tapi juga tentang menemukan sisi unik yang jarang diketahui orang.
Hindari cerita mainstream dan klise yang sudah banyak diketahui orang. Contohnya, jika kamu mengunjungi Malioboro, jangan lagi menceritakan tentang pedagang batik yang sudah banyak diketahui orang.
"Anda harus detail dan jeli. Harus mencari yang paling unik dari sebuah tempat," papar Iqbal.
Perkuat Perspektifmu dengan Membaca
Menjadi Kompasianer yang handal tidak hanya membutuhkan kemampuan menulis yang baik, tetapi juga perspektif yang kuat dan unik.
Salah satu cara untuk memperkuat perspektifmu adalah dengan banyak membaca. Bacalah berbagai jenis buku, cerita perjalanan orang lain, dan artikel, dari fiksi hingga non-fiksi, dari sejarah hingga sains.
Saat membaca, latihlah kemampuanmu untuk merenung dan mengkritisi apa yang kamu baca. Jangan hanya menerima informasi begitu saja, tetapi cobalah untuk menganalisisnya dan melihatnya dari berbagai sudut pandang.
"Anda tidak mungkin menjadi penulis yang bagus tanpa menjadi pembaca yang bagus," tutur Iqbal.
Membaca akan membantumu membangun kompleksitas pemikiran dan memperkaya referensimu. Hal ini akan membantumu untuk menghasilkan tulisan yang lebih berbobot dan menarik.
Latih Kemampuan Deskripsimu untuk Menarik Pembaca
Kemampuan mendeskripsikan dengan detail dan hidup merupakan salah satu kunci utama untuk menghasilkan tulisan travel yang menarik.
Buatlah pembacamu seolah-olah merasakan langsung apa yang kamu alami di tempat yang kamu kunjungi. Gunakan kata-kata yang detail dan hidup untuk menggambarkan suasana, rasa, dan pengalamanmu.
Sebagai contoh, bandingkan dua kalimat berikut:
Kalimat klise: Pantai Indrayanti sangat cantik.
Kalimat detail dan hidup: Pasir putih halus bagaikan hamparan karpet menyapa kakiku saat aku mengayunkan langkah di Pantai Indrayanti. Minggu 10 Maret 2024, deburan ombak yang berirama bagaikan musik alam yang menenangkan jiwa. Semilir angin laut yang segar membawa aroma asin yang antik, membangkitkan semangat untuk menjelajahi berbagai sudut pantai.
Kalimat kedua jelas lebih menarik dan hidup, bukan?
Rajinlah membaca konten perjalanan dari Kompasianer Isti Yogiswandani agar imajinasimu semakin terasah.
Jangan Takut Kritik, Teruslah Berkarya!
Salah satu nasihat terpenting dalam dunia kreatif, termasuk Kompasianer yang baru memulai adalah: jangan pedulikan omongan orang!
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, tidak ada karya kreatif yang bisa memuaskan semua orang. Jangankan karya kita, bahkan kitab suci yang dari Tuhan sekalipun tidak semua orang menyukainya.Â
Kembali seperti kata Iqbal di awal, kalau tidak ingin tulisanmu dikritik, dibuli, ya jangan menulis.
Hal ini diakui oleh Iqbal sendiri. Dalam buku Lelaki Sunni Di Kota Syi‘ah: Kisah Perjalanan Ziarah Arbain Dari Najaf Hingga Karbala, ia tidak peduli jika isu syiah yang diangkatnya bisa menjadi bumerang, termasuk untuk pekerjaannya.Â
Ia tetap menulis sebaik mungkin, dan tak pelak, dalam masa pre-order saja buku ini terjual hampir 1000 eksemplar, sebuah penjualan cukup fantastis di dunia di mana orang tidak terlalu peduli dengan buku.
Ambillah kritikan yang menurutmu bisa membantumu berkembang dan meningkatkan kualitas karyamu. Sebaliknya, abaikan kritikan yang berniat menjatuhkan dan tidak memberikan masukan yang bermanfaat.
Last but not least, sekali lagi, selalu ingat bahwa kritik dan komentar negatif adalah bagian tak terelakkan dalam dunia kreatif. Anggaplah itu sebagai masukan untuk membantumu menjadi Kompasianer yang semangatnya tak pernah pudur.
Saya sendiri yakin tidak semua Kompasianer setuju dengan apa yang saya tulis ini [mhg].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H