Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Hidup adalah perpaduan cinta, tawa, dan luka. Menulis menjadi cara terbaik untuk merangkai ketiganya.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Rizal Ramli, Rajawali Ngepret yang Menolak Jabatan Internasional untuk Fokus Mengabdi di Indonesia

3 Januari 2024   17:10 Diperbarui: 3 Januari 2024   19:57 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rizal Ramli, tokoh ekonomi senior, politisi kontroversial, meninggal dunia. Foto: KOMPAS.com/Syakirun Ni'am 

Dalam dunia politik yang penuh dengan intrik dan ambisi, ada seorang tokoh yang mencuri perhatian bukan hanya karena kritik-kritik pedas dan kontroversialnya, tetapi juga karena sikapnya yang langka: Rizal Ramli, atau yang lebih dikenal sebagai "Rajawali Ngepret."

Bagi orang seperti saya yang tidak begitu tertarik dengan hiruk pikuk politik, satu momen spesifik mengukir kesan mendalam tentang pria ini: ketika ia menolak sebuah jabatan internasional yang diimpikan oleh banyak orang.

Rizal pernah menolak jabatan internasional sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Economic & Social Commission of Asia and Pacific (ESCAP) yang ditawarkan PBB pada November 2013 silam.

Jabatan internasional sebagai Sekretaris Jenderal ESCAP yang ditawarkan PBB bukan main prestisiusnya. Namun, Rizal Ramli menolaknya dengan tegas. Alasannya, ia ingin fokus mengabdi di negeri tercintanya, Indonesia. 

Kendati demikian, di tingkat internasional, kiprah Rizal cukup bersinar. Ia pernah ditunjuk sebagai anggota tim penasihat ekonomi PBB bersama beberapa ekonom terkemuka dari berbagai negara.

Rizal Ramli dikenal sebagai sosok yang berani dan tegas dalam mengkritik pemerintah. Hal ini membuat banyak pejabat dan pihak-pihak terkait merasa tidak nyaman dan bahkan berusaha untuk merundung Rizal. 

Namun, bagi saya, hal yang lebih penting untuk diperhatikan adalah penyebab mengapa para pejabat dan pihak-pihak tersebut merasa panas telinga dan takut dengan kritik-kritik Rizal.

Rizal Ramli adalah sosok yang unik. Ia dikenal sebagai sosok yang berani dan tegas dalam mengkritik pemerintah, baik ketika di luar maupun di dalam pemerintahan. Hal ini membuatnya menjadi salah satu tokoh politik yang paling kontroversial di Indonesia.

Pada tahun 2000, karir pemerintahan Rizal Ramli dimulai ketika ia diangkat oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur) sebagai Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog). 

Setelah beberapa bulan memimpin Bulog, Rizal Ramli naik pangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada Agustus 2000, menggantikan Kwik Kian Gie. 

Pada 12 Juni 2001, Gusdur kembali menggeser posisi Rizal Ramli dan menunjuknya sebagai Menteri Keuangan. Namun, masa jabatannya singkat hingga 9 Agustus 2001 karena adanya peralihan pemerintahan ke tangan Presiden Megawati.

Setelah tidak lagi menjadi menteri, Rizal Ramli mendapatkan kepercayaan beberapa kali sebagai komisaris di perusahaan milik negara (BUMN), termasuk di antaranya PT Semen Gresik dan BNI.

Karir pemerintahannya sempat terhenti pada era Presiden SBY, namun Rizal Ramli kembali masuk ke pemerintahan saat masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada periode pertama.

Meskipun menduduki kursi pemerintahan, suara Rizal Ramli tetap lantang. Salah satu contoh kritik yang sangat terkenal adalah saat ia mengecam kebijakan privatisasi BUMN, dengan keyakinan bahwa langkah tersebut tidak memberikan keuntungan kepada rakyat Indonesia.

Selama masa jabatannya, Rizal Ramli terus mengungkapkan kritik terhadap berbagai kebijakan pemerintah, termasuk evaluasinya terhadap kebijakan pembangunan infrastruktur yang dianggapnya terlalu mahal dan tidak efisien.

Sikap Rizal tersebut menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang memiliki integritas dan keberanian yang tinggi. Ia tidak takut untuk menyuarakan kritik, bahkan ketika berada di dalam lingkaran kekuasaan. 

Seolah melanggar ajaran Abraham Lincoln yang menyatakan bahwa kekuasaan dapat menguji karakter seseorang, Rizal Ramli menunjukkan bahwa bagi dirinya, kekuasaan tidak mampu merubah esensi karakter. 

Ia tetap mempertahankan kepribadian yang berani dan kritis, bahkan ketika menduduki posisi di dalam lingkaran kekuasaan. 

Tokoh ekonomi senior sekaligus politisi itu kini telah berpulang pada Selasa (2/1) pukul 19.30 WIB di RS Cipto Mangunkusumo. Berita kepergiannya pun menghiasi beranda gawai saya.

Informasi kepergian Rizal membuat saya teringat ungkapan Coki Pardede, "Jangan korbankan kemajuan peradaban manusia hanya demi perasaan kita." Saya bertanya-tanya, mengapa pejabat kita selalu sensitif terhadap kritik? Bukankah justru kritik dapat membantu mereka memperbaiki kinerja?

Alih-alih memperbaiki kinerja, kenyataannya, kritik sering kali ditanggapi dengan defensif dan mempermasalahkan cara mengkritik yang dianggap kurang santun, provokatif, atau keluar dari konteks. 


Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Semoga almarhum DR. Rizal Ramli mendapatkan tempat terindah di sisi Allah SWT. Amin YRA.

Selamat jalan, pejuang... beristirahatlah dengan tenang [mhg].

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun