Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Hidup adalah perpaduan cinta, tawa, dan luka. Menulis menjadi cara terbaik untuk merangkai ketiganya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Magang di Interfidei, Jenna Aubrey: Mahasiswi Australia Jembatani Dialog Lintas Iman

15 Desember 2023   09:25 Diperbarui: 15 Desember 2023   09:38 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenna Aubrey sedang berdiskusi dengan Suster Imma. Foto: Dokumentasi Maheng

Dalam kasus-kasus seperti ini, label terorisme bisa jadi bersifat politis.

Jenna juga mengunjungi dua sekolah selama masa magangnya dalam progam school visitation, yaitu SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dan SMA PIRI 1 Yogyakarta. Dia memilih untuk mendiskusikan media sosial, ujaran kebencian (hate speech), dan cyberbullying (perundungan siber) dengan para siswa.

Hanifah, salah satu peserta diskusi, mengajukan pertanyaan menarik yang membuat kami berpikir. 

Ia bertanya, "Apakah ada aspek sosial, budaya, atau agama yang berkontribusi terhadap perundungan dan berdampak pada kesejahteraan mental siswa?"

Jenna merespon bahwa ia belum mendalami masalah ini dalam studinya. Pertanyaan tersebut kemudian ditanggapi oleh Zera. Menurut Zera, memang ada interpretasi agama yang dapat memicu terjadinya perundungan siber.

Interpretasi agama terkadang dapat membentuk nilai-nilai yang dipegang oleh anak muda, tetapi mereka juga memiliki perspektif unik mereka sendiri tentang kehidupan. 

Ketika seorang anak muda memegang nilai-nilai yang bertentangan dengan tafsir agama secara umum, hal ini bisa menjadi pemicu terjadinya cyberbullying di media sosial.

"Itu semacam paradoks bagi kita. Saya melihat bahwa kita percaya pada agama, tapi entah bagaimana kehidupan sehari-hari kita tidak menunjukkan nilai-nilai agama. Kita sering menyaksikan kekerasan dalam beragama," kata Zera.

"Di Indonesia, setiap hari kita berbicara tentang agama, kita berbicara tentang diskriminasi. Setiap hari kita berbicara tentang ini, tapi kita melakukan ini (diskriminasi)," timpa Suster Imma Silalahi mengiyakan perkataan Zera.

Selain itu, Jenna merefleksikan bahwa sangat penting untuk terlibat dalam jaringan dan dialog lintas kelompok untuk memperkuat hubungan, menghilangkan stigma dan prasangka, dan mempromosikan kolaborasi.

Ia juga menekankan pentingnya membuka percakapan dan pertukaran budaya antar kelompok. Hal ini sangat penting untuk membangun jembatan antar komunitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun