"You find it easy to accept other human beings because you value the dignity of a human being," katanya.
Bea juga menekankan bahwa festival ini hanya sebagai pengingat, bahwa semangat toleransi yang sudah tertanam dalam masyarakat Indonesia tidak boleh luntur dengan alasan apa pun. Semangat ini harus dipraktekkan setiap hari tanpa terkecuali.
"This is your nature and this is Indonesian, and this has never been taken away from you by nobody," lanjut Bea.
Dalam festival ini, Alissa Qathrunnada Munawwarah Wahid atau yang lebih dikenal dengan Alissa Wahid, putri sulung mendiang Presiden Republik Indonesia, K.H. Abdurrahman Wahid, yang juga merupakan Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian, menyatakan dukungannya terhadap perspektif Bea.
Dalam orasi kebangsaannya, Alissa menyatakan bahwa Indonesia secara konsisten menjunjung tinggi kebhinekaan dan dengan tegas menekankan persamaan hak sebagai warga negara. "Tadi, Ibu Bea menyampaikan bahwa orang Indonesia bisa menjadi toleran karena selalu menghormati martabat satu sama lain."
Masyarakat Indonesia dapat bersatu dalam toleransi karena adanya spiritualitas yang mendefinisikan kita sebagai sebuah bangsa. Artinya, Bangsa Indonesia adalah bangsa yang mengakui bahwa keberagaman adalah ciptaan Tuhan. "Kalau itu Tuhan yang menciptakan, dan kita umat yang meyakini ajaran Tuhan, lalu kenapa kita mengingkari perbedaan itu?"
Kita harus bersyukur, lanjut Alissa, karena dilahirkan di Indonesia, di mana sejak kecil kita diperkenalkan dengan toleransi. Ini yang membuat Indonesia dihormati dan dikagumi di seluruh dunia karena keberagaman dan persatuannya. Dunia menghormati Indonesia karena kita bisa menjaga persatuan di tengah keberagaman. Hal ini tidak terjadi secara otomatis; persatuan di tengah keberagaman membutuhkan toleransi.
Toleransi adalah tentang menerima perbedaan di antara kita. Namun, toleransi bukan hanya soal menerima, melainkan juga menghargai keberadaan, kehadiran, dan keragaman pemikiran.
"Kalau ada yang mau kita tolak, tolaklah karena prinsip-prinsipnya, bukan karena identitasnya. Tolaklah bandar narkoba yang datang ke sini, tolaklah orang-orang yang menawarkan pinjol, sebrakan. Tolaklah mereka yang mengajarkan nilai-nilai yang penuh kebencian. Bukan manusianya yang ditolak, tapi apa yang dibawanya itu," lanjut Alissa.
Dalam kesempatan itu, Alissa juga menegaskan, Jaringan GUSDURian tidak terafiliasi dengan partai politik mana pun, karena Jaringan GUSDURian tidak terlibat dalam politik praktis lima tahunan. Di sisi lain, dengan semakin dekatnya pemilihan presiden Indonesia tahun 2024, semakin penting bagi masyarakat untuk menolak pembelian suara atau politik uang. Money politics dapat memecah belah bangsa dan merusak demokrasi, dapat menghancurkan sikap toleransi yang telah lama terpatri dan terpupuk.
"Kalau ingin memilih pemimpin, pilihlah pemimpin yang bisa menjaga Indonesia sebagai rumah bersama, siapa pun dia," tegas Alissa.