Ketiga suara hati ini pada dasarnya sangat manusiawi dan dimiliki oleh semua orang, termasuk saya. Ketiga suara batin tersebut tidak bisa hilang, tidak bisa di-switched on/off, hanya bisa diminimalkan volumenya.
Jika kamu ingin menjadi bagian dari penggerak Gusdurian, yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah mengurangi intensitas dari ketiga suara tersebut.
Dengan mengurangi intensitas dan mengecilkan volumenya, kita lebih mudah untuk membangun suasana baru dengan energi positif, alih-alih terpaku pada cara-cara lama. Ini membantu kita untuk memperkuat tekad bersama tanpa hambatan kecanggungan.
"Sebelum menjadi penggerak, kita harus memiliki tekad untuk bergerak terlebih dahulu," ujar Luthfi Maulida, fasilitator kelas lainnya.
Menurut saya, Kelas Penggerak Gusdurian ini benar-benar telah membuka pikiran saya terhadap pengetahuan dan perspektif baru. Contohnya, perspektif yang disampaikan oleh salah satu peserta kelas, Khotibul Umam, benar-benar mengubah pandangan peserta lain, termasuk saya.
Ia mengatakan, "Kita tidak harus menjadi orang besar untuk melakukan hal-hal besar."
Last but not least, tulisan ini adalah refleksi pribadi saya selama tiga hari belajar bersama orang-orang hebat di Kelas Penggerak Gusdurian. Jika kamu tertarik untuk bergabung dan belajar bersama, silakan datang ke cangkruan rutin setiap Jumat sore di Griya Gusdurian, Yogyakarta.
Saya ingin menutup tulisan ini dengan kutipan dari Jalaluddin Rumi, tokoh sufi terkenal, "Kemarin saya pintar, jadi saya ingin mengubah dunia. Hari ini saya bijaksana, jadi saya mengubah diri saya sendiri."
Terima kasih telah membaca sejauh ini. Saya akan senang mendengar dan menyimak tanggapan kompasianer di kolom komentar, baik mengenai cara penulisan saya maupun kontennya [mhg].