Duapuluh satu Mei 2023 adalah hari yang membuka pintu petualangan tulisan saya di Kompasiana, ketika sebuah pamflet mengenai lomba menulis bertema 'Sistem Pembayaran ASEAN dengan QRIS sebagai Inovasinya' menghampiri timeline media sosial saya.Â
Sebuah perkenalan yang menggugah naluri dan semangat merangkai kata.
Belum genap setengah tahun menulis di Kompasiana, saya telah berkesempatan berjumpa dengan berbagai penulis hebat, banyak di antara mereka yang sudah memegang centang biru.
Meskipun pertemuan itu hanya dalam dunia maya, cara mereka menulis telah menjadi inspirasi bagi saya untuk menerapkan strategi yang serupa.Â
Sebagai contoh, Isti Yogiswandani mampu begitu apik dalam menceritakan kesehariannya melalui artikel-artikel feature yang ia tulis.
Saya meletakkan Kompasiana di bookmark desktop saya bersama beberapa situs penulisan lain. Hal ini membantu saya menjadikan Kompasiana sebagai sebuah alarm agar tidak berhenti menulis.
Ada satu pertanyaan dari seorang teman, 'Kenapa kamu masih tetap menulis, (bahkan jika seringkali tidak ada bayaran yang datang)?'
Belakangan, saya menemukan jawaban yang menarik.Â
Ceritanya, makalah saya berhasil masuk ke dalam 20 besar dari 145 peserta yang mengirimkan makalah. Saya pun diundang ke Bandung dengan berbagai fasilitas yang cukup mahal bagi seorang anak petani seperti saya.
Meskipun paper tersebut tidak meraih juara satu, manfaat yang saya dapatkan tidak hanya satu, selain manfaat fasilitas, juga bertemu penulis hebat lain. Dan bagi saya, ini adalah bayaran yang tidak ternilai.
Ini bukan kali pertama saya mendapat fasilitas seperti itu berkat menulis.