Saya harus banyak belajar dari Kompasianer macam Y. Edward Horas S., yang telah memiliki pengalaman yang luas dan telah mendirikan banyak komunitas penulis.
Hingga hari ini, saya telah menghabiskan banyak waktu di sebuah meja kecil di gazebo di depan indekos saya untuk menulis, salah satunya di Kompasiana. Di meja kayu yang belum dicat ini, saya juga sering membaca berbagai macam tulisan dari para Kompasianer.
Mulai dari tulisan yang sarat data dan analisis hingga tulisan yang penuh dengan typo, saya baca.Â
Jujur saja, saya sendiri tidak terlalu nyaman jika seseorang mengomentari atau menekan tombol 'menarik', 'inspiratif', atau tombol lain, padahal tulisan saya belum sepenuhnya dibaca. Â
Ini juga menjadi catatan dalam 15 tahun Kompasiana, di mana sebagai blog keroyokan (sharing blog) yang juga menjadi wadah untuk jurnalisme warga, kita dihadapkan dengan ancaman berita tidak terverifikasi, opini yang kurang didasari data, dan berbagai isu sejenis.
Saya berharap Kompasiana akan terus menjadi platform yang inklusif dan inspiratif bagi para penulis pemula seperti saya. Karena 'Saya bukan penulis terbaik, tetapi yang terbaik buat saya adalah menulis,' dan Kompasiana adalah salah satu tempatnya.
Terima kasih kepada 41,777 pasang mata yang telah membaca tulisan saya di Kompasiana. Jika kamu adalah salah satunya dan sudah mahir dalam menulis, jangan ragu untuk tetap keep in touch dengan saya dalam perjalanan menulis ini. Saya akan dengan senang hati belajar dari kamu [mhg].