Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Redaktur di Gusdurian.net dan CMO di Tamasya Buku. Penulis feature dan jurnalisme narasi di berbagai media.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Waspada Penipuan Digital: Mengenal Modus dan Rekomendasi Perlindungan

31 Juli 2023   14:54 Diperbarui: 1 Agustus 2023   05:33 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Juga, hati-hati dengan video scams, di mana penipu meminta korban untuk menonton video yang sebenarnya terinfeksi virus. Mereka diberitahu untuk mengunduh codec, namun sebenarnya itu adalah malware yang mengintai aktivitas di komputer korban.

Terakhir, ada scareware, program penyusup yang menipu pengguna untuk membeli dan mengunduh software berbahaya seperti antivirus palsu.

Menurut data CFDS, modus penipuan di Indonesia dengan korban paling banyak adalah penipuan berkedok hadiah (36,9%), pengiriman tautan/link yang berisi malware/virus (33,8%), penipuan jual-beli (29,4%), situs web/aplikasi palsu (27,4%), dan penipuan berkedok krisis keluarga seperti saudara kecelakaan (26,5%).

Dan uniknya, lebih dari separuh responden (50,8%) yang menjadi korban penipuan menyatakan bahwa mereka "tidak mengalami kerugian". Alasan utamanya adalah mereka telah "mengikhlaskan peristiwa itu" sebagai bagian dari "cobaan" atau "perjalanan hidup". 

Pemetaan Penipuan Digital di Indonesia 

Ketika pemerintah Indonesia gencar mendorong pertumbuhan ekonomi digital dan menyuarakan besarnya potensi era digital bagi kehidupan, upaya untuk memaksimalkan peluang tersebut perlu diimbangi dengan upaya yang sama besarnya untuk meminimalkan risiko yang muncul. 

Salah satu risiko tersebut adalah penipuan digital, sebuah tindak kejahatan yang juga menjadi tantangan besar di banyak negara lain karena kuantitas dan kualitasnya terus tumbuh seiring perkembangan teknologi. 

Korban penipuan digital pun seolah bisa menimpa siapa saja, tanpa memandang usia maupun tingkat pendidikannya. 

Temuan dalam riset CFDS menunjukkan bahwa Generasi Baby Boomers (lahir 1946-1964) adalah kelompok yang paling sering menjadi korban, dengan persentase mencapai 72,6%.

Modus penipuan berkedok hadiah juga menjadi yang paling banyak terjadi dalam kasus-kasus penipuan digital generasi ini. 

Sementara itu, Generasi Z (lahir 1997-2012) memiliki persentase yang menjadi korban penipuan digital sebesar 68,1%. Modus penipuan yang paling sering dialami oleh generasi ini adalah pengiriman tautan berisi malware/virus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun