Karena cinta tidak bisa didefinisikan secara baku, ia bisa masuk ke setiap kondisi bahkan imajinasi penulis, termasuk juga Laksmi yang memiliki jiwa penuh cinta.
Jika kita menganalogikan dengan tubuh, cinta adalah jiwa, sementara kepala dapat dianalogikan dengan keluarga, tangan dengan agama, dan kaki dengan masyarakat. Jika salah satunya hilang, kita akan menghadapi kesulitan dalam hidup, apalagi jika jiwa yang hilang. Â
Itulah sebabnya cinta seperti jiwa; tidak terlihat, tetapi bisa dirasakan. Tidak bisa disentuh, tetapi bisa dijadikan pegangan.
***
Jika Anda telah sampai di sini, terima kasih telah membaca. Jangan ragu untuk meninggalkan kritik dan saran di kolom komentar agar saya dapat menulis dengan lebih baik lagi. [Mhg].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H