Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Hidup adalah perpaduan cinta, tawa, dan luka. Menulis menjadi cara terbaik untuk merangkai ketiganya.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Buku "The Smartest Kids in the World", Pendidikan di AS, Finlandia, Polandia, dan Korea

18 Juli 2023   18:30 Diperbarui: 18 Juli 2023   19:35 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, ada aspek yang diabaikan oleh PISA, yaitu Indigenous knowledge (pengetahuan adat) atau kearifan lokal yang unik di setiap negara.

Meskipun kurikulum di Amerika Serikat, Finlandia, Korea Selatan, dan Polandia dianggap yang terbaik saat ini, belum tentu cocok untuk setiap negara, terutama Indonesia, yang terdiri dari 1.340 kelompok etnis dengan beragam latar belakang budaya dan kondisi lingkungan.

Saya tertarik apa yang disampaikan oleh Gafur Pratama (Aponk), di mana Indonesia memiliki salah satu sajian pendidikan khas, yaitu Pondok Pesantren.

Pondok Pesantren memiliki daya tarik yang lebih kuat karena tidak hanya mengajarkan santri pada ranah IQ (Intelligence Quotient) yang berkaitan dengan kemampuan kognitif tetapi juga menitikberatkan pada EQ (Emotional Quotient) untuk mengukur kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial.

Dengan menekankan SQ (Spiritual Quotient) yang erat kaitannya dengan kecerdasan spiritual, Pondok Pesantren menyadari pentingnya kecerdasan sosial dan spiritual. Aspek-aspek ini seringkali tidak ditekankan di sekolah internasional dengan kurikulum yang konon terbaik di dunia.

Last but not least, jika lembaga pendidikan hanya mengukur kecerdasan seseorang berdasarkan Intelligence Quotient, maka manusia bisa kalah dari kecerdasan buatan (artificial intelligence), yang tidak lama lagi segera menggantikan banyak peran manusia.

Sangat penting bagi sistem pendidikan kita untuk mengenali dan mengembangkan seluruh kecerdasan manusia, termasuk kecerdasan emosional, sosial, dan spiritual, agar dapat mengikuti perkembangan zaman yang terus berubah.

***
Jika Anda telah sampai di sini, terima kasih telah membaca. Jangan ragu untuk meninggalkan kritik dan saran di kolom komentar agar saya dapat menulis dengan lebih baik lagi. [Mhg].

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun