Hal ini juga terjadi di SMAN Runduma, di mana sangat sedikit guru yang bersedia mengajar di wilayah tersebut.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Ade Setyaningrum Sutrisno pada Mei 2022, diketahui bahwa para guru enggan menetap dalam waktu yang lama di Pulau Runduma dan lebih memilih mengajar di ibukota Kabupaten Wakatobi, khususnya di Wangi-Wangi Selatan.
Beberapa faktor penyebabnya seperti akses yang sulit menuju Runduma, tidak adanya jaringan telekomunikasi, kesulitan mendapatkan air bersih, dan langkanya bahan-bahan pokok.
Dampaknya, SMAN Runduma hanya menjadi sebuah bangunan yang berdiri tanpa adanya kegiatan belajar mengajar yang maksimal.
Padahal, para siswa sangat membutuhkan persiapan yang intens dalam hal pengetahuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Ini penting agar mereka dapat menjadi calon intelektual yang akan mengelola potensi dan kekayaan yang ada di Pulau Runduma, seperti sektor perikanan, kelautan, pariwisata, dan perkebunan.
Selain itu, Pulau Runduma juga memiliki keunikan luar biasa sebagai surga bagi penyu. Seperti penyu sisik dan penyu hijau yang merupakan spesies penyu langka di dunia.
Pulau Runduma, sebagai bagian dari Wakatobi telah diakui sebagai salah satu dari delapan cagar biosfer dunia oleh UNESCO, memiliki letak geografis yang unik.
Terletak di antara laut Banda yang melingkupi bagian utara, selatan, dan timurnya, pulau ini menawarkan pemandangan yang memukau dan keanekaragaman hayati yang kaya.
Di sisi baratnya, Pulau Runduma berbatasan langsung dengan laut Tomia, dengan jarak sekitar 79 kilometer ke ibukota kecamatan Tomia.
Berdasarkan data BPS tahun 2021, jumlah penduduk di Desa Runduma tercatat sebanyak 266 laki-laki dan 291 perempuan, dengan total populasi sebanyak 557 orang. Desa tersebut juga memiliki 170 kepala keluarga.