Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Redaktur di Gusdurian.net dan CMO di Tamasya Buku. Penulis feature dan jurnalisme narasi di berbagai media.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Tren Terbaru E-Commerce: Mengapa Lokapasar Mulai Ditinggalkan oleh Brand dan Penjual?

25 Juni 2023   14:47 Diperbarui: 26 Juni 2023   01:49 3309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Temukan Mabook Outlet di Marketplace! Foto: Dokumentasi Maheng 

Kemudian, karena adanya "Psikologi Murah" yang ada pada konsumen, saya menjual buku tersebut dengan diskon 20% di marketplace. Dengan harapan walau hanya memperoleh margin 10% (sebesar 10 ribu rupiah dari 100 ribu) tidak jadi masalah, yang terpenting adalah agar pembeli dapat terus merawat budaya membaca. 

Namun, permasalahannya tidak sesederhana itu. Karena intensifnya promosi oleh lokapasar, akhirnya penjual yang harus jadi korban. Dari margin 10% yang diharapkan, 8% diambil sebagai biaya administrasi oleh lokapasar. 

Dalam hal ini, marketplace mendapatkan 8 ribu rupiah sedangkan penjual hanya mendapatkan 2 ribu rupiah. Pertanyaannya, apakah ini adil? 

Hal ini mendorong penjual hingga pemilik merek untuk beralih ke "platform sendiri" seperti media sosial hingga website, di mana mereka memiliki kontrol lebih besar atas proses penjualan dan tidak perlu membayar biaya administrasi yang tinggi. 

Dengan demikian, mereka dapat mengoptimalkan margin keuntungan mereka dan memberikan nilai yang lebih baik kepada pelanggan mereka.

Secara keseluruhan, tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran lokapasar seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, dan lainnya telah memberikan banyak manfaat bagi para brand dan penjual dalam memasarkan produk mereka. 

Total nilai transaksi pada tahun 2020 mencapai Rp 276,87 triliun, menunjukkan betapa signifikannya peran mereka dalam industri e-commerce di Indonesia. 

Salah satu alasan mengapa beberapa penjual masih bertahan di lokapasar adalah karena mereka dianggap "lebih aman" oleh pembeli daripada berbelanja melalui media sosial. Lokapasar menyediakan infrastruktur dan mekanisme keamanan yang meminimalkan risiko penipuan atau transaksi yang merugikan pembeli. 

Namun, penting untuk diingat bahwa saat ini media sosial juga telah bertransformasi menjadi pesaing baru dengan menciptakan "marketplace versi mereka sendiri". Hal ini menunjukkan bahwa persaingan dalam industri e-commerce terus berkembang dan berubah seiring waktu. 

Jika lokapasar tidak mampu beradaptasi dan berbenah diri, maka mereka harus siap menghadapi risiko kehilangan pangsa pasar. 

Beberapa marketplace raksasa yang telah lama beroperasi juga tidak terlepas dari risiko tersebut, seperti yang terjadi pada JD.ID, Blanja.com, dan Elevenia yang telah menghentikan operasional di Indonesia mereka setelah bertahun-tahun berkecimpung di industri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun