Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Redaktur di Gusdurian.net dan CMO di Tamasya Buku. Penulis feature dan jurnalisme narasi di berbagai media.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Tren Terbaru E-Commerce: Mengapa Lokapasar Mulai Ditinggalkan oleh Brand dan Penjual?

25 Juni 2023   14:47 Diperbarui: 26 Juni 2023   01:49 3309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Temukan Mabook Outlet di Marketplace! Foto: Dokumentasi Maheng 

Ada penelitian, pengembangan resep, pemilihan bahan berkualitas, proses memasak yang membutuhkan keterampilan dan dedikasi, serta upaya lainnya yang dilakukan untuk menghadirkan makanan yang lezat dan bernutrisi.

Dalam setiap karya yang dihasilkan, ada pemikiran, kreativitas, dan usaha yang dilibatkan. Para kreator dan produsen berinvestasi waktu, energi, dan sumber daya mereka untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai dan kualitas yang tinggi. 

Dampak dari jual beli barang palsu atau buku bajakan tidak dapat dianggap remeh. Dalam kenyataannya, dampaknya sangat kompleks dan meluas ke berbagai aspek. Dampak dari masalah pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ini tidak hanya terbatas pada sektor ekonomi, tetapi juga melibatkan reputasi dan integritas negara.

Di Indonesia, pelanggaran  HKI masih menjadi masalah yang serius. Mahkamah Agung mencatat adanya 126.675 kasus sengketa merek terkait pelanggaran HKI yang terjadi sepanjang tahun 2020.

Tingginya jumlah kasus ini menyebabkan Indonesia tetap berada dalam Priority Watch List yang dikeluarkan oleh United States Trade Representative (USTR). 

Status ini memiliki dampak yang signifikan baik secara nasional maupun global. Secara nasional, Indonesia akan menghadapi kesulitan dalam menarik investasi karena investor akan menjadi waspada terhadap pelanggaran HKI yang sering terjadi. 

Selain itu, secara global, citra Indonesia akan selalu terkait dengan peredaran barang palsu, yang dapat merugikan daya saing negara dalam perdagangan internasional.

Permasalahan produk bajakan bukanlah satu-satunya alasan mengapa penjual mulai meninggalkan lokapasar. Biaya administrasi yang tinggi juga menjadi faktor yang signifikan dalam keputusan ini. 

Beberapa marketplace menetapkan tarif administrasi hingga 8%, dan ini memberikan dampak yang cukup signifikan bagi penjual, terutama penjual kecil.

Mari kita ilustrasikan secara kasar untuk memberikan gambaran lebih jelas. 

Sebagai contoh, toko buku kecil seperti  Mabook Outlet milik saya, membeli buku secara resmi dari penerbit dengan harga 100 ribu rupiah dan mendapatkan diskon sebesar 30%.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun