Hal ini sesuai dengan tema perayaan HUT ke-496 Kota Jakarta, "Jadi Karya untuk Nusantara".
Artinya, Jakarta harus menjadi contoh keberhasilan dalam membangun sebuah kota, bukan menjadi contoh permasalahan sosial dan ekologis.
Dengan demikian, kota-kota baru di daerah lain di Indonesia, tidak hanya lebih ramah lingkungan tetapi juga harmonis secara sosial.
****
Rahmat Ali, yang kerap disapa Maheng, lahir dari keluarga sederhana di pedalaman Aceh, tepatnya di Gampong Paya Baro, Kecamatan Woyla Timur, Kabupaten Aceh Barat. Seiring perjalanan hidupnya, Maheng menemukan minatnya dalam dunia tulis-menulis saat bersekolah di MAN Meulaboh 1 yang kini dikenal sebagai MAN Aceh Barat.
Namun, keterbatasan akses terhadap literasi di Aceh mendorongnya untuk berpindah ke Yogyakarta dan melanjutkan pendidikannya di UIN Sunan Kalijaga.
Selama masa kuliah, Maheng giat belajar menulis dan mendapatkan bimbingan dari Andreas Harsono, seorang Peneliti Senior di Human Rights Watch sekaligus pengasuh Yayasan Pantau di Jakarta.
Maheng juga bergabung dengan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) bernama Humaniush untuk mempertajam keterampilan menulisnya.
Ia bahkan sempat bekerja sebagai wartawan profesional di salah satu media nasional sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali berdomisili di Yogyakarta guna belajar dengan lebih serius, terutama agar bisa menulis lebih baik lagi. Ia juga sedang mencari partner belajar bahasa Prancis.
Rencana Maheng ke depannya adalah kembali ke kampung halamannya ketika ia merasa telah memiliki bekal yang cukup.