Pada tanggal 22 Juni 1527, Pangeran Fatahillah, panglima pasukan kerajaan Demak-Cirebon, memimpin penaklukan Pelabuhan Kalapa yang menjadi pelabuhan utama Kerajaan Sunda.
Pelabuhan ini telah lama menjadi pusat vital perdagangan bagi bangsa-bangsa Eropa yang menjadikannya sebagai jantung perniagaan di wilayah tersebut.
Setelah berhasil mengusir Portugis, Pangeran Fatahillah tidak hanya merebut Pelabuhan Kalapa, tetapi juga mengubah namanya menjadi Jayakarta, yang artinya "kota kemenangan".
Tanggal penyerangan tersebut kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Jakarta dan terus dirayakan hingga saat ini.
Jayakarta mengalami beberapa pergantian nama seiring berjalannya waktu.
Setelah menjadi Sunda Kelapa dari tahun 397 hingga 1527, kota ini berubah namanya menjadi Jayakarta setelah ditaklukkan oleh pasukan Pangeran Fatahillah pada tahun 1527 hingga 1619.
Bagi orang Eropa saat itu, kota ini lebih dikenal sebagai Jacatra.
Pada tahun 1619, VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) berhasil merebut kota Jayakarta dan mengubah namanya menjadi Batavia (1619-1942).
Namun, pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan dalam upaya de-Nederlandisasi, nama Batavia diganti menjadi Djakarta atau Djakarta Tokubetsu Shi (1942-1945). Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, nama Jakarta tetap dipertahankan dengan meninggalkan nama Jepangnya.
Pada tahun 1959, status Kota Jakarta berubah menjadi daerah tingkat satu yang dipimpin oleh gubernur, dan kemudian pada tahun 1961, statusnya diubah menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI).