Saat itu pertama kali aku bertemu dengan manusia, yang sekarang jadi pacarku Nadila, di sebuah warung kopi di sudut Pangkalpinang, Bangka Belitung.Â
Tak ada yang istimewa di situ, kecuali pertemuan para jurnalis kampus untuk persiapan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) ke IV. Di organisasi itu aku didapuk sebagai pimpinan sejak 10 Agustus 2018.Â
Pada pertemuan itu kami saling beradu argumen. Mulanya ia tak terima, karena darah mudanya masih mengalir begitu deras. Pun denganku. Tapi kami punya kesamaan, sama-sama mendukung eksistensi Suara USU. Dari situ awal mula perasaanku tumbuh.
Kami baru intens berkomunikasi setelah Rapimnas Ke IV PPMI selesai. Waktu itu Sabtu 6 April 2019 kami sedang berlibur ke sebuah Vihara di Sungailiat. Namanya Vihara Puri Tri Agung.Â
Jika berkunjung ke Kabupaten Bangka, Sungailiat adalah pilihan untuk menikmati keindahan pantai-pantai berpasir putih. Hamparan batu granit menambah keindahan pantai di Sungailiat.Â
Tempat ini dapat ditempuh kurang lebih 40-50 menit pada jarak kurang lebih 35 kilometer dari pusat Kota Pangkalpinang.Â
 Tempat ini mengesankan. Kami menghabiskan waktu di pantai kurang lebih 50 meter dari sudut Vihara. Sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan menuju Pantai Tongaci 'De Locomotief' beberapa kilometer dari Vihara.
"Kak Maheng dari Aceh ya?," Dila bertanya penuh dendam.
"Kenapa?," jawabku sambil mengiakan.Â
Selanjutnya kami pergi melihat-lihat Pantai Tongaci. Di sana kebetulan sedang ada parade budaya. Berbagai budaya di Bangka sedang diperlombakan kala itu.Â