Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Redaktur di Gusdurian.net dan CMO di Tamasya Buku. Penulis feature dan jurnalisme narasi di berbagai media.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asmara Tersilet di Silet Awards 2023: Mengapa Kisah KDRT Diberi Penghargaan?

13 Juni 2023   09:28 Diperbarui: 13 Juni 2023   09:53 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Foto:  halodoc.com

Sebuah notifikasi tiba-tiba muncul di gawai saya, mengisyaratkan kedatangan berita terbaru dari Twitter. 

Dengan rasa penasaran yang tak terbendung, saya pun segera membuka notifikasi tersebut dan betapa kagetnya saya akan apa yang saya temukan. 

Di hadapan mata saya terbentang sebuah pengumuman yang seakan-akan mengabaikan akal sehat dan logika yang rasional. 

Gelaran Silet Awards 2023, sebuah program penghargaan yang digelar oleh salah satu stasiun televisi swasta, muncul satu kategori yang mengundang sorotan yang kurang mengenakkan.

Kategori yang dimaksud adalah "Asmara Tersilet," yang sayangnya menuai banyak cibiran dan kritik, termasuk dari diri saya sendiri. 

Dalam edisi Silet Awards 2023, terdapat total 12 kategori yang akan bersaing untuk meraih "penghargaan". 

Asmara Tersilet menyoroti artis-artis yang kehidupan asmara mereka berhasil menghebohkan publik. Dalam nominasi kategori ini, terdapat lima nama yang menjadi pesaing utama, yaitu Fujianti Utami alias Fuji, Thariq Halilintar, Inara Rusli, Natasha Rizki, dan Venna Melinda. 

Sejatinya, dari kelima nama yang terdaftar dalam nominasi, tiga di antaranya menghadapi kegagalan dalam hubungan rumah tangga mereka. 

Sementara dua lainnya status asmara mereka kandas di tengah jalan.

Ini adalah fakta yang memancing rasa ingin tahu banyak orang, termasuk saya yang tidak banyak tahu-menahu dunia artis. 

Lantas memicu pertanyaan yang menggelitik pikiran: Mengapa kategori ini justru memasukkan artis-artis dengan kisah asmara yang kandas? 

Dalam pandangan saya, kategori "Asmara Tersilet" seharusnya lebih diperuntukkan bagi mereka yang telah memberikan kontribusi nyata dalam memperkuat hubungan mereka. 

Mengapa tidak memberikan penghargaan, paling tidak, kepada pasangan yang berhasil menghadapi tantangan kehidupan bersama, saling mendukung, dan membangun fondasi yang kokoh? 

Mengapa fenomena perceraian dianggap sebagai prestasi yang patut diapresiasi? 

Perceraian, pada dasarnya, adalah perpisahan yang penuh dengan rasa sakit dan kegagalan dalam mempertahankan janji suci pernikahan. Mengapa kita harus mempromosikan gagalnya ikatan cinta sebagai sebuah pencapaian? 

Apakah ini adalah cara yang tepat untuk memberikan contoh kepada masyarakat, terutama generasi muda, mengenai arti sejati dari hubungan yang kuat dan berkomitmen? 

Sebuah perubahan paradigma mungkin diperlukan di dalam industri hiburan. Alih-alih memfokuskan pada hubungan yang kandas, mari kita mengapresiasi dan memberikan penghargaan kepada mereka yang membangun cinta yang tahan banting, mengatasi rintangan, dan menjaga api asmara tetap berkobar. 

Inilah yang seharusnya menjadi teladan bagi kita semua. Kita bisa memberikan penghargaan kepada pasangan yang menginspirasi dan memperkuat institusi pernikahan, sehingga dapat menanamkan nilai-nilai positif kepada generasi mendatang.

KDRT Bukan Kejahatan Biasa. Foto: Kompas.com
KDRT Bukan Kejahatan Biasa. Foto: Kompas.com

JAUH LEBIH MENGERIKAN adalah, salah satu artis yang masuk dalam nominasi bahkan menjadi korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), sebuah realitas yang mengejutkan sekaligus memprihatinkan. 

KDRT adalah masalah serius yang merusak integritas hubungan dan memberikan dampak negatif pada kesejahteraan individu yang terlibat. 

Dan ini tidak butuh banyak teori, ditendang itu sakit, dipukul juga tidak menyenangkan.

Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menunjukkan bahwa sejak 1 Januari 2022 hingga 14 Februari 2023, terdapat 3.173 kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Dalam kasus KDRT, perempuan menjadi korban dominan dengan persentase 85%.

Berdasarkan data CATAHU 2023 yang dipaparkan oleh empat Komisioner Komnas Perempuan, dalam rentang waktu Tahun 2021 hingga Tahun 2022, terdapat peningkatan jumlah pengaduan ke Komnas Perempuan, dengan total 4.371 kasus yang terbagi menjadi ranah personal (2.098 kasus), ranah publik (1.276 kasus), dan ranah negara (68 kasus). 

Jumlah pengaduan ini menunjukkan bahwa rata-rata Komnas Perempuan menerima 17 kasus kekerasan terhadap perempuan setiap harinya.

Mengapa kisah tragis seperti itu diperhitungkan dalam sebuah penghargaan yang semestinya menghormati dan mengapresiasi cinta yang sehat? Apakah pengalaman buruk ini seharusnya dijadikan pertunjukan untuk hiburan dan sensasi? 

Sebagai masyarakat, kita harus menghadapi kenyataan bahwa KDRT bukanlah hal yang dapat dipermainkan atau dijadikan materi lelucon. Ini adalah masalah yang memerlukan kepedulian, dukungan, dan upaya kolektif untuk memberantasnya. 

Menggabungkan KDRT dalam kategori "Asmara Tersilet" mungkin telah melampaui batas moral dan etika.  

Dampak KDRT pada tumbuh kembang anak, termasuk kekerasan fisik dan perkataan kasar dari orang tua. Dampaknya meliputi masalah kesehatan fisik, gangguan kesehatan mental, trauma masa kecil, gangguan perkembangan otak, kesulitan bersosialisasi, dan masalah perilaku

Jika "penghargaan" tersebut tetap dilanjutkan, saya bisa ilustrasikan salah satu pemenangnya akan berpidato kurang lebih begini;

Dengan penuh rasa syukur, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh netizen yang telah memberikan dukungan dan memilih saya. Serta tak lupa, terima kasih juga kepada mantan pasangan hidup saya yang telah berbagi pukulan, membentak saya, meng-kdrt saya. 

Kalianlah yang telah memberikan semangat dan keteguhan dalam diri saya, hingga pada akhirnya, saya berhasil meraih penghargaan ini. Semoga semakin banyak pelaku KDRT, sehingga lebih banyak yang mendapat penghargaan.

Mungkin saatnya bagi industri hiburan untuk merefleksikan nilai-nilai yang kita anut. Mari kita buka mata kita pada konsekuensi yang ditimbulkan oleh keputusan-keputusan seperti ini. 

Saat kita memberikan penghargaan, mari kita mempertimbangkan dengan bijaksana dan memastikan bahwa mereka yang mendapat penghormatan adalah contoh nyata dari cinta yang sehat, saling menghormati, dan tanpa kekerasan. 

***

Jika Anda telah sampai di sini, terima kasih telah membaca. Jangan ragu untuk meninggalkan kritik dan saran di kolom komentar agar saya dapat menulis dengan lebih baik lagi. [Mhg].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun