Lantas memicu pertanyaan yang menggelitik pikiran: Mengapa kategori ini justru memasukkan artis-artis dengan kisah asmara yang kandas?
Dalam pandangan saya, kategori "Asmara Tersilet" seharusnya lebih diperuntukkan bagi mereka yang telah memberikan kontribusi nyata dalam memperkuat hubungan mereka.
Mengapa tidak memberikan penghargaan, paling tidak, kepada pasangan yang berhasil menghadapi tantangan kehidupan bersama, saling mendukung, dan membangun fondasi yang kokoh?
Mengapa fenomena perceraian dianggap sebagai prestasi yang patut diapresiasi?
Perceraian, pada dasarnya, adalah perpisahan yang penuh dengan rasa sakit dan kegagalan dalam mempertahankan janji suci pernikahan. Mengapa kita harus mempromosikan gagalnya ikatan cinta sebagai sebuah pencapaian?
Apakah ini adalah cara yang tepat untuk memberikan contoh kepada masyarakat, terutama generasi muda, mengenai arti sejati dari hubungan yang kuat dan berkomitmen?
Sebuah perubahan paradigma mungkin diperlukan di dalam industri hiburan. Alih-alih memfokuskan pada hubungan yang kandas, mari kita mengapresiasi dan memberikan penghargaan kepada mereka yang membangun cinta yang tahan banting, mengatasi rintangan, dan menjaga api asmara tetap berkobar.
Inilah yang seharusnya menjadi teladan bagi kita semua. Kita bisa memberikan penghargaan kepada pasangan yang menginspirasi dan memperkuat institusi pernikahan, sehingga dapat menanamkan nilai-nilai positif kepada generasi mendatang.
JAUH LEBIH MENGERIKAN adalah, salah satu artis yang masuk dalam nominasi bahkan menjadi korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), sebuah realitas yang mengejutkan sekaligus memprihatinkan.
KDRT adalah masalah serius yang merusak integritas hubungan dan memberikan dampak negatif pada kesejahteraan individu yang terlibat.