Suatu hari, telepon dari salah satu bank konvensional menggema di gawai saya.Â
Bukan, ini bukan panggilan untuk menagih utang, melainkan penawaran yang menggoda untuk memberi saya akses kepada dunia berutang. Ya, itu benar, mereka menawarkan saya sebuah kartu kredit.
Setelah selesai berbicara dengan telemarketer, saya memutuskan untuk bercerita pada pacar saya tentang penawaran kartu kredit tersebut.Â
Namun, seperti yang saya duga, tanggapannya tegas dan jelas: ia menentang gagasan tersebut. Bagi pacar saya, membuka pintu bagi utang adalah awal dari segala malapetaka.Â
Dia melihat kartu kredit sebagai potensi jebakan yang menggiurkan, yang dapat dengan mudah mempengaruhi keuangan kami secara negatif di kemudian hari. Dia merasa penting untuk kami, hidup sesuai kemampuan dan menjaga keseimbangan keuangan kami, tanpa terjebak dalam lingkaran utang yang sulit diprediksi.
Meskipun saya awalnya merasa tergoda dengan penawaran tersebut, pandangan dan kekhawatiran yang jelas dari pacar saya membuat saya berpikir ulang.Â
Saya menyadari bahwa keputusan keuangan kami harus didasarkan pada kesepakatan dan pemikiran bersama.
Pasangan saya ada benarnya, masalah keuangan dalam pernikahan memiliki dampak yang signifikan terhadap keutuhan hubungan. Data dari Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung mencatat bahwa sekitar 24% pasangan yang bercerai mengalami masalah keuangan sebagai penyebab utama perpisahan. Â
Fakta ini menyoroti pentingnya transparansi, komunikasi, dan perencanaan keuangan yang baik dalam sebuah hubungan.Â
Pasangan yang mampu saling berbagi informasi tentang kondisi finansial mereka dan memiliki rencana keuangan yang jelas sebelum menikah memiliki peluang yang lebih besar untuk menghindari konflik dan menjaga keharmonisan dalam pernikahan mereka.
Saya menyebut hal ini sebagai "tabungan psikologi" yang sangat penting untuk dipahami.
Penulis Haryo Setyo Wibowo, dalam bukunya Milenialnomics: Mengatur Keuangan dengan Bahagia, mengungkapkan pandangan menarik tentang pernikahan dan keuangan. Ia menyoroti fakta bahwa pernikahan pada zaman sekarang cenderung lebih fokus pada aspek ekonomi daripada psikologi. Â
Benar, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam era modern, menikah tidak lagi cukup hanya dengan modal cinta semata, melainkan membutuhkan sumber daya finansial yang memadai. Oleh karena itu, penting bagi pasangan yang belum memiliki cukup uang untuk menikah untuk menabung sebagai persiapan.
Masalahnya, kebanyakan orang hanya menabung untuk biaya pesta pernikahan, dihabiskan, lupa bahwa kehidupan sesungguhnya adalah "sehari setelah malam pertama".
... Sejarah menabung di negeri ini dimulai begitu uang logam ternyata bisa diselipin di tabung bambu yang dilubangi sebesar uang logam tersebut di sisinya. Makanya tidak heran kalau kita kemudian mengenalnya sebagai tabungan.
... Entah bagaimana ceritanya kalau media penyimpanannya waktu itu adalah berbentuk petak, mungkin kita akan mengenalnya sebagai petakan.
Meskipun keuangan memainkan peran penting dalam kehidupan berumah tangga, tidak dapat diabaikan bahwa cinta dan hubungan emosional yang kuat juga memiliki peran yang sama pentingnya.Â
Banyak rumah tangga yang memiliki keuangan yang mapan, namun merasakan ketidakbahagiaan karena kurangnya kedalaman emosional dan kurangnya komunikasi yang baik antara pasangan.Â
Dalam konteks ini, penting bagi pasangan untuk memperhatikan kedua aspek tersebut dengan seimbang.Â
Cinta dan komitmen yang kokoh menjadi pondasi utama, sebagai bahan bakar. Sementara keuangan yang sehat menjadi pendorong dan penunjang bagi kehidupan sehari-hari.Â
Pernikahan yang bahagia bukanlah semata-mata tentang uang, tetapi tentang bagaimana pasangan saling mendukung, saling memahami, dan menjalani kehidupan bersama. Komunikasi menjadi kunci.Â
Menurut  Haryo Setyo Wibowo, meskipun Indonesia memiliki tingkat kemampuan menabung yang cukup baik, namun indeks kebahagiaan masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara seperti Finlandia.
Kemampuan menabung di Indonesia, secara makro ada di jajaran 20 besar. Â Lumayan, karena seperti menjiwai peribahasa hemat pangkal kaya, jauh mengungguli Finlandia yang berada diurutan 82 (2016). Akan tetapi untuk urusan kebahagiaan gapnya sangat lebar, Finlandia mendudukan rangking 1 dunia, sementara Indonesia tercecer di urutan 96 (2018).
Hal ini menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak semata-mata tergantung pada jumlah uang yang dimiliki, tetapi juga terkait dengan faktor-faktor lain seperti kesehatan mental, hubungan sosial, dan kualitas hidup secara keseluruhan.Â
Dalam konteks pernikahan, penting bagi pasangan untuk memiliki pemahaman yang komprehensif tentang keuangan dan kebahagiaan. Mengelola uang dengan bijak, berkomunikasi secara terbuka, dan memprioritaskan nilai-nilai yang membawa kebahagiaan bersama dapat menjadi landasan yang kuat untuk menciptakan kehidupan pernikahan yang harmonis dan abadi.Â
... Persentuhan dengan peradaban lain turut memberi warna dalam cara menabung masyarakat Nusantara. Budaya Cina memandang bahwa babi atau celeng merupakan lambang kesejahteraan. Bentuk tubuhnya yang bulat besar menunjukkan kemampuan menampung banyak simpanan.
... Pandangan orang Nusantara pun berubah. Tubuh dan sifat celeng tersebutlah yang mengilhami bentuk, penyebutan, dan kontinuitas. Jadi kita mengenal celengan meskipun bentuknya ayam jago.
Nabung bareng pacar memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan dengan baik sebelum melakukannya.
Setelah memenuhi tabungan psikologi, penting untuk mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan. Benahi kebutuhan menjadi primer, sekunder, dan tersier untuk menabung dengan bijak.Â
Karena konsumerisme baru lahir saat manusia mengenal uang.
Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang harus dipenuhi, seperti sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan sekunder adalah alat penunjang setelah kebutuhan primer terpenuhi, seperti perabotan rumah tangga.Â
Kebutuhan tersier adalah kebutuhan mewah setelah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi, seperti kendaraan mewah.
Dalam konteks pacaran, perayaan atau pesta pernikahan dapat dikategorikan sebagai keinginan. Meskipun setiap individu memiliki preferensi yang berbeda, penting untuk mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan.Â
Tidak sedikit calon pengantin mengambil utang di bank untuk sebuah pesta pernikahan dapat berdampak negatif pada keuangan dan keharmonisan rumah tangga di masa depan.Â
Setelah mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan bersama pasangan, baru dapat dipertimbangkan apakah menabung bersama atau tidak.Â
Sistem "uang kas" bisa menjadi alternatif untuk mengantisipasi kemungkinan putus, tetapi pada dasarnya mengumpulkan uang untuk keperluan bersama memiliki prinsip yang sama.
Jika "tabungan psikologi" terpenuhi seharusnya sudah tidak ada kekhawatiran tentang hubungan akan berakhir. Jika masih takut berakhir, berarti memang sebaiknya tidak menabung bersama, karena ada yang tidak beres dengan hubungan kalian.Â
Ketika membaca tulisan guru saya, Andreas Harsono, di blog pribadinya, dia mendapat tawaran pekerjaan dengan bayaran hampir mendekati US$1 miliar. Silahkan dirupiahkan sendiri, saya tidak berani, takut tergoda.
Saat itu, Andreas dan pacarnya, Sapariah, membutuhkan uang untuk persiapan pernikahan. Namun, sebagai wartawan, Andreas harus tetap transparan tentang metode dan motivasinya dalam bekerja, dan jujur adalah prinsip utama.
Namun, si konglomerat yang menawarkan pekerjaan ini menginginkan identitasnya tetap dirahasiakan. Bagaimana Andreas bisa mewawancarai tanpa menyebutkan keperluan wawancara itu? Sebagai wartawan, mereka tidak boleh berbohong dan harus melayani kepentingan masyarakat, bukan bisnis.Â
Sapariah meminta Andreas menolak tawaran tersebut, meskipun mereka membutuhkan uang. Dia mengatakan bahwa lebih baik menjadi "kaya hati" daripada "berkat nila setitik rusak susu sebelanga." Andreas merasa sangat beruntung memiliki pasangan yang memiliki hati nurani seperti itu.Â
Mengapa saya membagikan kisah Andreas?
Karena, selain pentingnya menabung uang, kita juga perlu memiliki "tabungan prinsip" dalam sebuah hubungan, setelah "tabungan psikologi". Kisah Andreas mengajarkan nilai-nilai seperti transparansi, integritas, dan keberanian untuk menghadapi godaan finansial.
Salah satu kelebihan nabung bareng pacar adalah semangat menabung menjadi lebih tinggi karena adanya dukungan dan motivasi dari pasangan.Â
Selain itu, memiliki tabungan bersama juga dapat mempererat hubungan dan keintiman antara kamu dan pasangan, karena seringnya berkomunikasi dan bekerja sama dalam mengatur keuangan.Â
Sebelum memutuskan, penting untuk berkomunikasi dengan pasangan, merencanakan secara matang, dan siap menghadapi risiko dengan saling pengertian. Dengan persiapan yang baik dan komitmen yang kuat, tabungan bersama pacar dapat menjadi langkah menuju keberhasilan dan kemandirian keuangan di masa depan. Â
Saat ini, saya dan pasangan telah membuka buku tabungan bersama. Meskipun saldonya tidak bergerak saat ini, karena kami sedang berjuang membangun bisnis kami, sebuah toko buku kecil, kami sangat menyadari betapa pentingnya membangun fondasi yang kokoh. Kami sepenuhnya memahami arti dari tabungan psikologi, tabungan prinsip, dan akhirnya, tabungan finansial dalam perjalanan kami. Â
***
Jika Anda telah sampai di sini, terima kasih telah membaca. Jangan ragu untuk meninggalkan kritik dan saran di kolom komentar agar saya dapat menulis dengan lebih baik lagi. [Mhg].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H