SEIRING BERJALANNYA MALAM, Kokambar menjadi lebih dari sekadar kedai kopi; tempat ini menjadi tempat di mana kenangan tercipta dan persahabatan diperkuat.
Harus saya akui, saya mengamini kosakata Ded, saat saya mengingat kunjungan saya sebelumnya ke Kokambar beberapa tahun yang lalu, mungkin sebelum pandemi COVID.Â
Ketika itu, Kokambar adalah sebuah kafe sederhana dengan ruang dalam yang sederhana dan area luar yang kecil dan terbatas. Â
Sekarang, saat saya melangkah ke Kokambar, saya disambut dengan suasana yang sepenuhnya berubah dan benar-benar luar biasa.Â
Percakapan kami menjadi lebih intim, dengan Ded memimpin. Kadang-kadang, Ded akan memulai diskusi tentang topik-topik filosofis. Sementara saya sebagian besar berperan sebagai pendengar, kadang-kadang saya memberikan argumen yang tidak terlalu dalam.Â
Dalam kesempatan ini, Napoleon dan Ded terlibat dalam diskusi yang membangkitkan pemikiran tentang sifat kebenaran, menjelajahi pertanyaan, "Apa itu kebenaran?"Â
Saya melihat bahwa Ded memiliki beragam bahan bacaan, yang memungkinkannya untuk mengutip pengetahuan yang melimpah selama diskusi kami. Di sisi lain, kekayaan pengalaman Leon memberikan perspektif unik yang memperkaya percakapan kami.Â
Bersama-sama, latar belakang dan pandangan hidup mereka yang berbeda memberikan beragam wawasan yang beresonansi dalam diri saya.Â
Melihat kekayaan bacaan Ded dan pengalaman hidup Leon, saya tidak bisa tidak mengagumi pengetahuan dan kebijaksanaan yang mereka bawa ke meja. Diskusi mereka tidak hanya memperluas pemahaman saya, tetapi juga mendorong saya untuk mengeksplorasi gagasan-gagasan baru dan menguji keyakinan pribadi saya.Â
Melalui wawasan kolektif mereka, saya terus terinspirasi untuk menjelajahi lebih dalam dalam bidang filsafat dan introspeksi pribadi.Â
Namun jangan salah, percakapan kami tidak selalu serius; kami sering melempar lelucon yang mengundang tawa lepas. Bahkan Leon berbagi cerita tentang tato-tato nya, menambahkan dimensi lain pada pertemuan kami.Â