Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Travel Writer

Lahir di Aceh, Terinspirasi untuk Menjelajahi Indonesia dan Berbagi Cerita Melalui Karya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Melihat ke Belakang, Merenung ke Depan: Refleksi Hari Lahir Pancasila, Relevansi, dan Tantangannya di Masa Mendatang

1 Juni 2023   00:00 Diperbarui: 1 Juni 2023   00:04 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Geger Video Bullying Anak SMP di Bandung, Kepala Korban Ditendang dan Dipukul. Foto: Twitter @salmandoang

Nilai-nilai Pancasila sulit tumbuh di tanah yang kering dan tidak subur. 

Sebagai contoh, dalam penggunaan media sosial, kita sering kali tidak benar-benar mengarah kepada apa yang seharusnya menjadi media "sosial" (bermakna bersahabat dan terhubung dengan hangat). Sebaliknya, seringkali media sosial malah berubah menjadi media "a-sosial" di mana saling mencaci, merundung, dan saling menolak satu sama lain yang mengakibatkan ketidakharmonisan.

Geger Video Bullying Anak SMP di Bandung, Kepala Korban Ditendang dan Dipukul. Foto: Twitter @salmandoang
Geger Video Bullying Anak SMP di Bandung, Kepala Korban Ditendang dan Dipukul. Foto: Twitter @salmandoang

Karena itu, meskipun kemajuan infrastruktur perhubungan dan penggunaan media sosial telah meningkatkan konektivitas fisik, konektivitas mental-kejiwaan justru mengalami kemunduran.

Dulu, dunia pendidikan dan media menjadi pintu gerbang bagi keterbukaan dalam berteman dengan berbagai budaya dan bertukar pikiran. Namun, saat ini, ada kecenderungan peminggiran dalam hal ini.

Saya setuju, salah satu faktornya adalah kurangnya minat membaca dan pengetahuan yang terbatas membatasi pemahaman yang luas, yang pada gilirannya mengurangi rasa empati terhadap perbedaan. Salah telah menulis artikel khusus terkait isu ini.

Selain itu, gejala eksklusivitas semakin meluas dengan pertumbuhan pemukiman, sekolah, dan tempat kerja yang mendorong segregasi sosial yang kuat.

Ditambah lagi, selama ini Pancasila masih cenderung hanya menjadi 'daftar keinginan' dan belum menjadi 'daftar kebutuhan'. Pancasila belum menjadi referensi dan preferensi tindakan. Pancasila masih cenderung surplus percakapan, minus pengetahuan apalagi tindakan.

Tangkapan layar tenda bantuan kemanusian gempa Cianjur label gereja dicopot Foto: Instagram
Tangkapan layar tenda bantuan kemanusian gempa Cianjur label gereja dicopot Foto: Instagram

Sebagai contoh, beberapa waktu lalu, sebuah video viral di media sosial menunjukkan pencopotan label bantuan gereja pada tenda bantuan untuk korban gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kejadian ini harus menjadi refleksi bahwa Pancasila belum sepenuhnya diamalkan oleh bangsa kita.

Harus menjadi catatan bahwa, Ketuhanan dalam Pancasila tidak merujuk secara ekslusif kepada agama apa pun, namun juga tidak bertentangan dengan keyakinan agama apa pun (Latif, 2020, p. 137). Maka dari itu, saat perumusannya nilai-nilai Pancasila bisa diterima baik oleh perwakilan  keagamaan maupun golongan nasionalis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun