ADALAH SAPARIAH SATURIÂ seorang jurnalis asal Madura, memiliki konsep yang layak ditiru oleh seluruh masyarakat Indonesia dalam membangun rumah dengan fokus pada lingkungan.
Sapariah membangun rumah ramah lingkungan bernama 'Compok Cellep', dalam bahasa Madura berarti 'rumah sejuk'. Desain rumah ini dibuat oleh Yu Sing dan Deni Nugraha dari Akanoma Studio di Bandung.Â
'Rumah Sejuk' yang dibangun di daerah terik di dalam perumahan raksasa Citra Maja Raya menjadi contoh nyata bagaimana kita dapat membangun rumah yang harmonis dengan alam, menjaga lingkungan, dan memberikan kenyamanan bagi penghuninya. Konsep yang diusung oleh Sapariah, Yu Sing, dan Deni Nugraha menginspirasi kita untuk mengadopsi praktik ramah lingkungan dalam pembangunan rumah kita sendiri.
Compok Cellep dirancang dengan memanfaatkan daur ulang air melalui beberapa sistem, termasuk sumur resapan, filter air limbah, tabungan air, menara air, serta "hujan buatan" melalui jaringan pipa dan pompa. Dengan pendekatan ini, rumah ini mampu secara efisien mengelola air, mengurangi konsumsi air bersih, dan meminimalisir pemborosan.
Melalui penggunaan teknologi yang cerdas dan inovatif, Compok Cellep memberikan inspirasi bagi kita semua untuk merancang rumah yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab terhadap ketersediaan air secara berkelanjutan.
KEBIJAKAN YANG LEBIH BIJAK adalah memulai dari diri sendiri. Untuk memitigasi  resiko perubahan iklim harus dimulai dari tiap-tiap lapisan masyarakat. Saling menyalahkan hingga melempar tanggung jawab bukan solusi.
Mulai dari memilih moda transportasi hingga cara berbelanja, gaya hidup kita tidak harus mengorbankan kelestarian bumi.
Krisis iklim dan lingkungan tidak bisa diselesaikan jika hanya satu individu yang memulai aksi. Ada ribuan jenis tulisan, jurnal yang mengkawatirkan perubahan iklim. Tetapi bila tidak ada aksi, tidak ada tindakan yang tegas itu hanya sekadar teori.
Aksi tanpa teori, itu anarki. Tapi teori tanpa aksi, itu enggak ada arti.