Mohon tunggu...
I NyomanTriyanuartha
I NyomanTriyanuartha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Saya senang mendengarkan musik, membaca buku dan olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Dari Pop, Rock, RnB hingga Jazz, Fete de La Musique 2023 di IFI Yogyakarta

25 Juni 2023   22:50 Diperbarui: 25 Juni 2023   23:34 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penyelenggaraan acara Fete de la Musique di IFI Yogyakarta diadakan di dua lokasi, yaitu auditorium IFI Yogyakarta dan kafe Le Sole. Penampilan di auditorium IFI Yogyakarta antara lain oleh band Alur Maju, Antelop, Port Moresby, Wagmi, Riga Pratama dan Replay. Untuk penampilan di kafe Le Sole ialah band Musik Kemarin Siang.

Band Alur Maju merupakan band pertama yang tampil pada acara Fete de la Musique 2023 di auditorium IFI Yogyakarta. Band tersebut terdiri dari pemain drum, flute, bass, keyboard, vokal dan gitar.

Dalam lagu yang dibawakan, tema melodi pada flute membuat terdengar halus. Terdapat lagu yang dibawakan secara solo vokal dalam bahasa Inggris dengan iringan gitar akustik. Pada lagu Live In Manhattan, terdengar melodi gitar serta ritme drum yang rapat dan cepat. Band Alur Maju pernah tampil pada acara Fete de la Musique tahun lalu, dan pada penampilan tahun ini menambahkan lagu yang baru.

Penampilan ke dua ialah band Antelop, bunyi gitar yang gahar dan raungan distorsi memenuhi auditorium IFI Yogyakarta. Lagu-lagu yang dibawakan memiliki aransemen yang tertata rapi, di tengah musik yang menggelegar suara vokal terdengar dengan jelas. Aksi panggung yang disajikan pun menarik, terlebih ketika para gitaris berbalik menghadap drummer seperti aksi panggung band heavy metal profesional. Di antara lagu-lagu yang dibawakan ialah Symphony Of Destruction dan Moral Berkarat.

Setelah itu penampilan oleh band Port Moresby. Lagu-lagu yang dibawakan seakan menghipnotis penonton dan nuansa rock garage memenuhi auditorium pada saat itu.

Ketika lagu Livin' In Upside Down dibawakan, beberapa orang dari tempat penonton, maju menuju ke depan panggung dan mulai melompat mengikuti irama lagu. Di pertengahan lagu mereka mengusung seorang diantaranya dengan posisi badan menghadap ke langit-langit, secara beramai-ramai membawanya menuju tepi ruang di depan panggung. 

Kemudian saat lagu I Win You Lose, suasana terasa menghanyutkan seolah-olah ingin meneguhkan para pendengarnya sebagai seorang pemenang.

Penampilan ke empat ialah band Wagmi (We're All Gonna Make It), pada saat lagu pertama dibawakan terdengar suara vokal diiringi oleh iringan keyboard yang piawai. Lagu-lagu yang dibawakan memiliki aransemen yang matang serta unik. 

Kemudian pada awal lagu berikutnya, seperti mendengarkan sebuah karya prelude pada keyboard, lagu dibawakan dengan tempo yang lebih cepat, terdapat pergantian nuansa pada keyboard yang diikuti oleh pergantian irama, kemudian lagu kembali ke irama semula.

Band Wagmi juga membawakan sebuah lagu yang diciptakan untuk acara Fete de la Musique, lagu tersebut memiliki lirik yang dinyanyikan secara cepat, disertai dengan perubahan irama dan bernuansa rock. 

Alunan variasi arpeggio pun terdengar pada keyboard. Lagu terakhir yang dibawakan ialah lagu Cublak-Cublak Suweng Rikala Padang Bulan, terdengar permainan instrumen yang mengadaptasi ritme dan timbre gendang, juga terdengar improvisasi oleh keyboard dan gitar.

Penampilan selanjutnya yaitu band Pesta Pak Lurah. Saat lagu pertama dimulai, permainan bunyi elektronik, melodi bernuansa Timur Tengah dan permainan drum rock memenuhi panggung, beberapa saat kemudian vokalis muncul dari deretan penonton lalu menuju ke atas panggung.

Penampilan band tersebut disertai oleh aksi teatrikal, dimana beberapa orang memasuki ruang di depan panggung. Membawa meja dan kursi yang kemudian ditata, lalu mereka duduk mengelilingi meja tersebut dengan kostum dan keunikan masing-masing.

Lirik lagu yang dibawakan mengandung kritik sosial, aksi vokalis yang atraktif merupakan daya tarik dari band tersebut. Pada saat lagu ke tiga yang berjudul OTW, terlihat aksi panggung gitaris yang rebahan dalam posisi meringkuk sambil memainkan gitar. Pada lagu ke lima, vokalis turun dari panggung dan melakukan orasi di depan penonton.

Setelah itu dilanjutkan oleh penampilan dari band Riga Pratama. Pada saat awal lagu pertama terdengar suara choir, kemudian suara vokalis yang memiliki timbre suara khas RnB. Saat lagu ke empat dibawakan, semakin tampak keterampilan olah suara sang vokalis. Melodi vokal yang meliuk-liuk membuai penonton, disertai penguasaan aksi panggung yang bagus. Setelah itu memasuki lagu ke lima yang berjudul Dear, terdengar penggunaan efek suara oleh vokalis. Kemudian pada awal lagu ke enam, terdengar rekaman suara dan disusul monolog oleh vokalis.

Lagu terakhir yang dibawakan oleh band tersebut berjudul Blessing Ring. Saat lagu ini dibawakan penonton diajak bertepuk tangan bersama, beberapa saat kemudian vokalis turun panggung dan bersalaman dengan para penonton.

Penampilan terakhir di auditorium IFI Yogyakarta yaitu band Replay, merupakan band mahasiswa UNY. Band tersebut membawakan lagu-lagu Jazz populer, baik lagu dalam negeri maupun mancanegara. Masing-masing anggota band memiliki keterampilan yang bagus dalam membawakan lagu-lagu beraliran Jazz, baik vokalis, gitaris, bassis, keyboardis dan drummer. Akhir penampilan dari band tersebut menutup pergelaran Fete de la Musique 2023 di auditorium IFI Yogyakarta pada malam hari itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun