Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024 sudah mulai dekat dan ketegangan dari Pilpres ini semakin memanas, terutama ketika pengumuman bahwa Gibran Rakabuming Raka telah maju menjadi Cawapres pada Pilpres 2024 nanti.Â
Pada Minggu (22/10/2023) Prabowo secara resmi mengumumkan bahwa Gibran telah dipilih menjadi Cawapres yang akan mendampingi beliau. Kini kita telah mendapatkan tiga pasangan Capres dan Cawapres yang akan maju pada Pilpres 2024 nanti, yakni ada Anies Baswedan dengan Muhaimin Iskandar atau yang biasa disapa Cak Imin, lalu ada Ganjar Pranowo dengan Mahfud MD, dan yang terakhir ada Prabowo Subianto dengan Gibran Rakabuming Raka.
Majunya Gibran menjadi Cawapres sendiri, dikarenakan adanya dorongan dari Mahkamah Konstitusi (MK), yang dimana pada Senin (16/10/2023), MK mengabulkan salah satu gugatan dari seorang mahasiswa mengenai syarat pendaftaran Capres dan Cawapres, yakni bahwa orang yang berusia dibawah 40 tahun dan berpengalaman sebagai kepala daerah di wilayah provinsi maupun kabupaten atau kota dapat maju menjadi Capres atau Cawapres.Â
Setelah keputusan ini dikeluarkan, Partai Golkar mengadakan Rapimnas Golkar pada Sabtu (21/10/2023) yang dimana salah satu hasil dari Rapimnas ini adalah mengusung Gibran menjadi Cawapres dari Prabowo dan pada Minggu (22/10/2023) Prabowo secara resmi mengumumkan bahwa Gibran telah dipilih menjadi Cawapres dari beliau.
Tentunya majunya Gibran menjadi Cawapres tidak selalu disambut baik oleh para masyarakat, terdapat beberapa masyarakat tidak setuju jika Gibran sudah dapat mencalonkan dirinya menjadi Cawapres.Â
Menurut beberapa masyarakat menganggap bahwa majunya Gibran menjadi Cawapres ini dapat membangkitkan dinasti politik Joko Widodo di Indonesia.Â
Mereka menganggap bahwa keputusan MK sebelumnya ada ulah campur tangan dari Joko Widodo, yang dimana Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) yakni Anwar Usman merupakan saudara ipar dari Joko Widodo sendiri dan paman dari Gibran.Â
Beredarnya informasi mengenai hubungan antara Joko Widodo dengan Anwar Usman ini mengakibatkan munculnya suatu istilah baru, yakni "Mahkamah Keluarga".Â
Tidak hanya masyarakat saja yang menanggapi mengenai isu ini, namun juga terdapat salah satu tokoh politik yang menanggapi majunya Gibran menjadi Cawapres, yakni Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa disapa Ahok.Â
Menurut beliau, Gibran belum cukup siap menjadi pemimpin tertinggi di Indonesia dan pengalamannya sebagai Wali Kota Solo selama dua atau tiga tahun tersebut belum teruji.
"Gibran belum berpengalaman. Jadi Wali Kota saja baru dua atau tiga tahun. Dia belum teruji," kata Ahok, dilansir Liputan6, Sabtu (21/10/2023)
Mengenai hal bahwa majunya Gibran menjadi Cawapres dapat membangkitkan dinasti politik kedepannya, tentu hal ini sudah tidak masuk dalam demokrasi yang dianut Indonesia sendiri, yang dimana Pilpres nanti tidak akan ditentukan oleh para petinggi-petinggi, melainkan kita sebagai rakyat yang akan berperan dalam memilih, menentukan, dan mencobloskan siapa yang layak menjadi presiden dan wakil presiden untuk Indonesia nanti dan hal ini sudah sangat berlawanan mengenai dinasti politik yang dapat bangkit di Indonesia jika Gibran maju menjadi Cawapres.Â
Lalu mengenai bahwa Gibran belum memiliki pengalaman di bidang pemerintahan yang belum cukup teruji, tentu dengan pengalaman Gibran menjadi Wali Kota Solo ini sebenarnya sudah dapat menjadi dorongan untuk Gibran maju ke kursi Cawapres, karena Gibran sudah mempunyai pengalaman di bidang pemerintahan. Ketika Gibran menjadi Wali Kota Solo, kota Solo telah mengalami banyak peningkatan.
 Hal ini dapat dilihat dari kemajuan wisata di kota Solo, yang dimana wisata Solo perlahan mulai berkembang pesat, hotel-hotel berkembang pesat, dan Taman Budaya Sriwedari yang berhasil dihidupkan kembali. Hal tersebut dapat mendongkrak ekonomi lokal di kota Solo. Dari hal tersebut kita dapat ketahui bahwa yang sangat penting adalah apakah para Capres dan Cawapres ini bersedia ingin memajukan negara ini, yang dimana hal ini dapat kita nilai ketika mereka menyuarakan visi dan misi yang mereka miliki nanti.
Majunya Gibran menjadi Cawapres tidak selalu disambut baik oleh para masyarakat dan beberapa dari mereka mempunyai pandangan mereka masing-masing mengenai hal ini. Lalu, apakah majunya Gibran menjadi Cawapres adalah suatu langkah yang tepat?Â
Hal tersebut balik lagi kepada diri kita, apa menurut kita langkah tersebut tepat atau tidak dan yang paling penting adalah untuk pemilihan nanti, itu juga kembali lagi kepada diri kita sebagai rakyat yang ingin memilih, menentukan, dan mencobloskan siapa yang menurut kita pantas atau layak untuk menjadi sebagai presiden dan wakil presiden nantinya. Semua kembali pada tangan kita sebagai rakyat.Â
Diharapkan Pilpres 2024 nanti dapat dijalankan sesuai dengan asas Luber Jurdil. Diharapkan juga dengan majunya Gibran menjadi Cawapres ini dapat menjadi suatu bukti bahwa kaum muda juga dapat berpatisipasi ke pemerintahan tinggi dan dapat menjadi suatu kemajuan dari demokrasi negara kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H