Mohon tunggu...
K Catur Marbawa
K Catur Marbawa Mohon Tunggu... Insinyur - I will be back

Berusaha tulus. Tidak ada niat tidak baik

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Konservasi Celepuk, Pembasmi Tikus

4 Desember 2020   16:30 Diperbarui: 4 Desember 2020   16:45 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Plang nama program,Photo oleh@iketutcaturmarbawa
Plang nama program,Photo oleh@iketutcaturmarbawa
Di sore itu saya ditemani Fathur salah seorang PEH (Pengendali Ekosistem Hutan) BKSDA Bali.  Kami disambut hangat Pak Made Enjoy.  Pria humble ini umurnya sekitar 60 tahun.  Ditemani kopi panas tanpa camilan, kita ngobrol akrab. Ada semacam saung di dekat kandang atau sarang penangkaran.  Tetapi jangan harap Celepuknya keluar di sore itu. Maklum hewan Nocturnal, masih tidur.

Konservasi Celepuk oleh Pak Made Enjoy dirintis sekitar tahun 2015. Awal mulanya pemerintah setempat melepas sejumlah Celepuk yang berasal dari Jawa. Untuk program pembasmian tikus.  Di antara burung itu ada yang beranak dan bersarang.  Anakan inilah oleh Pak Made Enjoy diambil 2 ekor dan dibesarkan di kandang, di rumahnya.

Kandang Penangkaran, Photo oleh @iketutcaturmarbawa
Kandang Penangkaran, Photo oleh @iketutcaturmarbawa

Setelah berumur sekitar 8 bulan, Celepuk ini dilepas di areal persawahan.  Sebelumnya Pak Made Enjoy ini membuat yang namanya Rubuha (Rumah Burung Hantu).  Rubuha ini dibuat dari kayu dengan panjang 60 cm lebar 40 cm dan tinggi 50 cm . Pada sisi luar diberikan teras tempat bertengger selebar 20 cm. Pintu dibuat di sisi kiri dengan ukuran panjang 12 cm dan lebar 10 cm.  Pintu dibuat tidak sejajar dengan dasar kandang dan diberi tinggi 5 - 10 cm dari dasar kandang.

Pak Made Enjoy menempatkan Rubuha di pematang sawah.  Dengan menggunakan tiang besi yang dicor beton, Rubuha ditempatkan di ketinggian sekitar 4 m dari permukaan sawah. 

“Rubuha ini bukanlah sarang Celepuk, “ kata Pak Made. “Sepasang Celepuk hasil pelepasan dan juga Burung Hantu yang memang secara alami ada di alam akan menggunakan Rubuha untuk aktivitas reproduksi saja,” jelasnya.  Celepuk bersarang di pohon-pohon yang ada di sekitar sawah.

Setelah melakukan aktivitas reproduksi, tiba saatnya Celepuk betina bertelur di Rubuha.  Semua telur dierami betina.  Dalam 1 periode bertelur, betina bisa bertelur sampai 6 butir. 

Setelah menetas, induk betina induk sesekali mendatangi Rubuha untuk membawakan anaknya makanan. Induk betina tidak merawat sepanjang hari. Induk betina kembali istirahat bersarang di pohon-pohon di siang hari.  Kesempatan inilah yang digunakan oleh Pak Made Enjoy untuk mengambil sebagian anakan burung yang berumur sekitar 1 bulan untuk dirawat di penangkaran dia.

Penangkaran yang dilakukan oleh Pak Made Enjoy bersifat semi alami.  Yang dia lakukan sebenarnya adalah Ranching atau pembesaran anakan yang diambil dari alam. Berbeda dengan penangkaran umumnya, Jalak Bali misalnya. Penangkar Jalak Bali akan menempatkan sepasang indukan di sebuah kandang. Berreproduksi, bertelur, kemudian menetas di penangkaran. Lalu anakan dibesarkan oleh si penangkar.

Anakan Celepuk yang diambil dari Rubuha, oleh Pak Made Enjoy kemudian dikenalkan dan dilatih memakan makanan alaminya yaitu tikus.  Hanya tikus, tidak anak ayam meski Celepuk bisa memakannya. Ini untuk akan membuat memori Celepuk hanya menganggap tikus sebagai makanannya.  Dan itu jenis tikus hitam, sesuai dengan tikus hama yang ada di persawahan.  Akan berbahaya apabila Celepuk dikenalkan dengan  anak ayam. Bisa jadi ketika Celepuk dewasa di lepas di alam, justru kemudian menjadi hama bagi ayam-ayam di kampung.

Di sinilah kendala Pak Made Enjoy.  Dia harus berburu tikus hitam di alam tiap hari untuk pakan Celepuk di penangkarannya.  Dia mencoba berternak tikus hitam, menangkar indukan tikus.  Produksi anakannya lambat, tidak sesuai dengan kebutuhan konsumsi Celepuk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun