Mohon tunggu...
K Catur Marbawa
K Catur Marbawa Mohon Tunggu... Insinyur - I will be back

Berusaha tulus. Tidak ada niat tidak baik

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kokokan Petulu, Konservasi Tradisional Berspirit Ritual

30 November 2020   14:40 Diperbarui: 30 November 2020   21:29 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Burung ini memangsa serangga serta binatang-binatang kecil di areal persawahan. Cacing tanah, keong, ular, kodok, juga ikan. Kuntul Kerbau memiliki fungsi penyeimbang, pengendali hama alami baik serangga maupun hewan kecil lainnya pada area persawahan dan lahan basah.

Kembali ke Kokokan, si Kuntul Kerbau yang saya lihat di Desa Petulu ini. Menuju Desa Petulu kita harus keluar dari ruas jalan utama Ubud -- Kintamani. Terdapat sebuah pertigaan menuju Desa Petulu ini.

Desa ini dibelah oleh jalan desa, tidak begitu lebar, tapi cukup untuk lalu-lalang kendaraan. Memasuki Desa Petulu kita tidak menemukan tanda-tanda di mana koloni Burung Kokokan ini. Tetapi begitu kita memasuki Banjar Petulu Gunung, barulah kita melihat gerombolan burung ini di kiri kanan jalan.

Hinggap di atas pohon juga di atap rumah penduduk juga di pematang sawah. Bahkan kadang berkeliaran di jalanan. Saran saya, kurangi kecepatan kendaraan Anda. Tentu anda tidak ingin menabrak burung-burung itu bukan.

Kalau kita berhenti di salah satu pohon, burung-burung ini diam saja. Pun kalau kita memarkir kendaraan di bawahnya misalnya. Tapi hati-hati, bisa-bisa kita dikasi "hadiah" sama burungnya.

Suara burung bising, kebanyakan suara anakan. Semerbak bau khas menyergap kita. Seperti aroma kandang bebek, begitulah kira-kira. Apalagi saya datang saat gerimis hujan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sepintas nampak dari jauh pohon-pohon itu seperti sedang musim berbunga, dan bunganya putih serta banyak. Ruas jalan desa dengan pohon-pohon di kiri kanan jalan yang menjadi tempat burung ini, panjangnya tidak lebih dari 2 kilometer. 

Yang menjadi pertanyaan saya, kenapa burung-burung ini tidak memilih pohon-pohon di belakang perkampungan penduduk yang lebih sepi, tetapi justru memilih pohon yang ada jalan utama desa. Seperti sengaja memamerkan diri.

Bagi yang pertama kali datang ke tempat ini, memang agak membingungkan di mana spot terbaik untuk melihat burung ini. Petunjuk masih minim. Kalaupun kita berinisiatif untuk memarkir kendaraan di pinggir jalan, sedikit berisiko. 

Ruas jalan desa ini terlalu kecil. Setelah kita telusuri sampai ujung desa barulah kita melihat sentral parkir di depan sebuah Balai Banjar. Di Balai Banjar Petulu Gunung inilah sepertinya pusat pengunjung. 

Mungkin karena saya berkunjung saat musim pandemi aktivitas di sini sangat sepi. Toilet umum di sebelah parkir pun terilhat sangat kotor. Di seberang parkir ada tempat seperti penjual loket karcis. Tidak ada penjaga. Menghilangkan rasa penasaran, saya memilih mengobrol dengan salah seorang penduduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun