Mohon tunggu...
I Made Riski Andana
I Made Riski Andana Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

MAHASISWA UNDIKSHA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan Umat Hindu di Bali

16 Juni 2022   13:10 Diperbarui: 16 Juni 2022   13:14 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: koleksi pribadi

Masyarakat Bali percaya, pada hari Penampahan ini para leluhur akan mendatangi sanak keturunannya yang ada di dunia, karena itulah masyarakat juga membuat sesajen khusus yang biasanya disebut Saji yang biasanya berisi nasi, lauk-pauk, jajanan, buah, kopi, air, lekesan (daun sirih dan pinang) serta rokok

Nah setelah hari Penampahan. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu yaitu Hari Galungan. Nah pada Hari Galungan ini biasanya pelaksanaan perayaannya dilakukan dari Pagi hari. Dimulai dari persembahyangan bersma sanak keluarga di rumah masing-masing hingga ke Pura sekitar tempat tinggal. 

Pada hari galungan ini juga terdapat Tradisi yang kerap disebut Tradisi "Pulang Kampung", umat Hindu yang bertempat tinggal jauh dari rumah asalnya, seperti perantauan akan menyempatkan dirinya untuk pulang kampung sembahyang ke daerah kelahirannya masing-masing.

Sehari setelah hari raya Galungan, tepatnya pada pada hari Kamis Umanis wuku Dungulan kemudian ada hari Umanis Galungan, dimana semua umat Hindu melaksanakan persembahyangan dan dilanjutkan dengan saling berkunjung ke rumah kerabat atau melakukan refresing ke tempat-tempat yang indah seperti pantai, gunung, dan tempat pariwisata lainnya.

Anak-anak juga ada yang melaksanakan tradisi ngelawang pada hari tersebut. Ngelawang merupakan sebuah tradisi, di mana anak-anak menarikan barong bangkung disertai gambelan dari rumah penduduk-penduduk setempat. 

Penduduk yang mempunyai rumah biasanya akan keluar dari rumah dengan membawa canang dan sesari/uang untuk anak-anak yang telah menarikan barong bangkung ini. Penduduk percaya bahwa adanya tarian barong bangkung ini dapat mengusir segala aura negatif dan mendatangkan aura positif.

Setelah hari Umanis Galungan, tepatnya pada Sabtu Pon wuku Galungan, dilaksanakan upacara Pemaridan Guru yang diartikan sebagai hari dimana melaksanakan kegiatan nyurud/ngelungsur waranugraha dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa Guru. 

Setelah hari tersebut, dilanjutkan dengan hari Ulihan yang dirayakan pada Minggu Wage wuku Kuningan Ulihan disini memiliki makna pulang/kembali atau para leluhur dan dewata-dewata pulang ke dunianya masing-masing. 

Sehari setelah Ulihan, ada hari pemacekan agung yang jatuh pada Senin Kliwon wuku Kuningan. Pemacekan agung memiliki makna sebagai simbol keteguhan iman umat manusia dari segala godaan negative selama perayaan hari raya Galungan.

Setelah rangkaian hari Suci Galungan tibalah hari Suci Kuningan. Hari Raya Kuningan atau biasa disebut Tumpek Kuningan jatuh pada hari Sabtu, Kliwon, wuku Kuningan. 

Pada hari ini seluruh umat Hindu melaksanakan pemujaan kepada para dewa, dan leluhur-leluruh untuk memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan menuju jalan kebenaran. Pada hari ini para dewa, Bhatara, diiringi oleh para Pitara turun ke bumi hanya sampai tengah hari saja, sehingga pelaksanaan upacara dan persembahyangan pada Hari Suci Kuningan hanya berjalan setengah hari saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun