Mohon tunggu...
I Made Riski Andana
I Made Riski Andana Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

MAHASISWA UNDIKSHA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan Umat Hindu di Bali

16 Juni 2022   13:10 Diperbarui: 16 Juni 2022   13:14 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: koleksi pribadi

I Pekak ye gelem

I Pekak gelem apa dong?

I Pekak gelem nged

Nged, nged, nged"

Kata di atas memiliki makna supaya pohon-pohon yang diupacarai nantinya bisa menghasilkan buah yang dapat memakmurkan kehidupan dan juga sebagai wujud cinta kasih manusia kepada tumbuh-tumbuhan.

Setelah Tumpek Wariga, ada Sugihan Jawa. Sugihan Jawa berasal dari kata Sugi dan Jawa. Sugi berarti bersih, suci. Sedangkan Jawa memiliki akar kata Jaba yang artinya luar. Sehingga Sugihan Jawa dapat diartikan sebagai hari penyucian terhadap segala yang ada di luar diri manusia (Bhuana Agung). 

Pada hari ini umat Hindu biasanya melaksanakan upacara yang disebut Mererebu atau Mererebon. Upacara Ngerebon memiliki tujuan untuk nyomia/menetralisir segala hal yang bersifat negatif yang berada pada Bhuana Agung yang diwujudkan dengan pembersihan Merajan, dan Rumah.

Sehari setelah Sugihan Jawa kemudian ada Sugihan Bali, yang memiliki makna penyucian/pembersihan diri sendiri dari segala sifat keburukan. Pelaksanaan Sugihan Bali ini biasanya dengan cara membersihkan diri melalui penyucian jiwa dan raga (Melukat). 

Setelah itu ada Hari Penyekeban ini memiliki arti mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal negatif.  Setelah hari Penyekeban, terdapat Penyajan yang memiliki makna memantapkan diri untuk merayakan hari raya Galungan dengan pengendalian dari sifat-sifat raksasa.

Kemudian ada Hari Penampahan yang jatuh sehari sebelum Galungan, tepatnya lagi pada hari Selasa Wage wuku Dungulan. Pada hari ini seluruh umat Hindu melakukan pembuatan penjor sebagai bentuk rasa syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala anugrah yang dilimpahkan kepada umatnya. penjor ini dibuat dari bambu yang melengkung yang kemudian diisi hiasan sedemikian rupa dengan bahan yang sudah tersedia di alam. 

Selain membuat penjor umat Hindu juga melakukan pemotongan babi yang kemudian dagingnya akan digunakan sebagai sesajen dalam pelaksanaan Hari Raya Galoungan ini. Pemotongan babi memiliki makna simbolis yakni membunuh semua sifat kebinatangan yang ada dalam diri manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun