Mohon tunggu...
I Nengah Teguh Wahyu Pranata
I Nengah Teguh Wahyu Pranata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Minister of propaganda, false mesias, colonial prisoner, socialist loser. Can be searched on instagram as teguh.inst

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sintesa Perdebatan Rasionalisme & Emperisme Abad Pencerahan: Filsafat Sejarah Immanuel Kant dan Kontekstualisasinya

14 September 2023   16:26 Diperbarui: 14 September 2023   16:42 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di sisi lain, Kant juga membantah pendapat para filsuf rasionalis dalam salah satu bagian  kritik atas Rasio Murni, yaitu bagian-bagian antinomi (kenyataan kontroversial). Yang mana salah satunya adalah antinomi tentang dunia. "Dunia memiliki awal di dalam waktu dan terbatas di dalam ruang" dan lawan argumen yang berbunyi "Dunia tidak memiliki awal dan tidak terbatas di dalam ruang". Kant berpendapat dua argumen ini adalah ketidak pahaman metafisis dalam pemikiran rasionalisme dan keduanya tak dapat dipertanggungjawabkan.

Kant berpendapat bahwa antinomi ini bisa dihilangkan ketika kita sudah paham fungsi dan kapasitas yang sebenarnya dari rasio yang berperan dalam menciptakan pengetahuan. Kant menyadari bahwa pengetahuan kita terbatas pada objek yang dapat dirasakan oleh indrawi. Sehingga rasionalisme ini di anggap gagap, karena para filsufnya tidak mempertimbangkan peran dari  pengalam empiris di dalam susunan pengetahuan mereka. Filsuf-filsuf rasional tidak bisa memberikan argumen yang relevan mengenai  klaim-klaim metafisis yang mereka paparkan, contohnya tentang Tuhan, tentang dunia, maupun tentang jiwa.

Dalam filsafat sejarah, apabila sejarah sebagai apa/sebagaimana yang terlihat, maka suatu kepercayaan pada matafisis dan pemeliharaan tuhan tidak termasuk di dalamnya. Sebuah masa lalu dapat dikatakan sebagai sejarah hanya jika melalui proses berfikir rasional dan pengalaman emperis indrawi; apriori dan aposteriori yang didukung oleh bukti-bukti baik arsip, tingggalan sejarah ataupun bukti lainnya dengan mengesampingkan pengetahuan metafisis, hal ini lah yang kemudian menjadi dasar berpikir sejarawan modern. 

Dalam sejarah Indonesia seperti kisah-kisah semasa Majapahit, penulisan sejarahnya akan berdasar pada proses berfikir dan penelitian ilmiah yang mengacu pada bukti-bukti sejarah yang tersedia. Selanjutnya mitos-mitos metafisis seperti kesaktian serta pengaruh-pengaruh kekuatan gaib tidak akat termasuk di dalamnya dan hanya bertahan sebagai mistikologi belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun